Kamis, 22 Desember 2016

[INDEX] Daftar Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Rosi Apriliani 2290150030 Pendidikan Sosiologi

Dafrar isi:
1.         Artikel Kota dan Pengangguran
5.       Metode Pengumpulan Data
60.   Hukum Moral
62.    Filsafat India
78.    Struktur Sosial
81.     Paradigma Tauhid
84.   Analisis Lagu
85.    Analisis Movie
89.   IPS Di SD

Artikel Kota dan Pengangguran



Pengangguran di Kota
Krisis moneter yang pernah terjadi di Indonesia yang terjadi pada akhir tahun 1990-an menyebabkan hancurnya perekonomian Indonesia serta menambah jumlah angka pengangguran sebanyak 20 persen. Namun kini, perekonomian Indonesia perlahan-lahan mengalami kepulihan diikuti dengan berkurangnya angka pengangguran. Berkurang bukan berarti jumlah angka pengangguran menjadi sedikit atau bahkan tidak ada. Angka pengangguran di Indonesia sampai saat ini masih terbilang besar jika dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya. Bahkan diantara negara-negara Asean pun, pada 2015, Indonesia menempati posisi ketiga dengan tingkat pengangguran tertinggi. Tercatat tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 6,2 persen, di bawah Filipina dan Brunei Darussalam yang masing-masing 6,5 dan 6,9 persen. Sementara negara dengan penyerapan angkatan kerja terbesar adalah Kamboja dan Thailand yang masing-masing sebanyak 0,5 persen dan 0,8 persen sehingga tingkat pengangguran kedua negara tersebut rendah.
Dalam perkembangan terbaru, Badan Pusat Statistik mengeluarkan data pada bulan Agustus 2016 mengenai jumlah pengangguran di Indonesia yaitu sebesar 5,61 persen. Angka tersebut menunjukan adanya penurunan angka pengangguran yaitu dari 11,24 persen (sebanyak 11,90 juta orang) yang terjadi pada Agustus 2005. Angka pengangguran tahun 2005 merupakan lonjakan angka terbesar yang pernah terjadi dari tahun 1986 sampai 2016. Menurut Akhmad Akbar Susanto, Ekonom Core Indonesia, faktor peningkatan pengangguran pada tahun 2005 tersebut disebabkan oleh kondisi ekonomi Indonesia yang rendah diakibatkan oleh bencana Tsnunami Aceh serta kenaikan harga BBM pada awal masa pemerintahan SBY.
Untuk priode Agustus 2016, angka pengangguran terbesar berdasarkan provinsi dipegang oleh provinsi Banten yaitu sebesar 8,92 persen. Sementara angka terkecil diperoleh oleh Provinsi Bali yaitu sebesar 1,89 persen. Jika dilihat dari tingkat pendidikan, penyumbang pengangguran terbesar menurut data BPS pada bulan Februari 2016 adalah lulusan SMA yaitu sebanyak 1,546,699 jiwa, disusul oleh lulusan SMK yaitu sebanyak 1,348,327 jiwa. Sementara penyumbang angka pengangguran terkecil merupakan orang-orang yang tidak pernah sekolah yaitu hanya berjumlah 94,293 jiwa. Jika dilihat dari jenis kelamin, angka pengangguran wanita masih lebih besar dibandingkan dengan pria. Hal ini disebabkan karena masih adanya masalah persamaan gender yang masih menjadi isu yang penting di Indonesia.
Pengagguran merupakan masalah yang penting untuk segera diatasi, terutama masalah pengangguran yang terjadi di perkotaan yang merupakan jantung perekonomian. Tahun 2014 pengangguran di kota mencapai 4.263.157 jiwa, sementara di desa hanya mencapai 2.981.748 jiwa. Dari angka ini menujukan bahwa pengangguran di kota jauh lebih banyak dibandingkan jumlah pengangguran di desa. Hal ini dikarenakan maraknya urbanisasi yang dilakukan oleh masyarakat desa. Masyarakat desa berbondong-bondong datang ke kota untuk mendapatkan kehidupan dan penghidupan yang dianggap lebih baik dan layak dibanding dengan kehidupan di desa. Kebanyakan dari mereka yang berangkat ke kota tidak memiliki keterampilan yang bisa digunakan untuk memperoleh pekerjaan di kota. Sementara lapangan pekerjaan di kota terbatas dan membutuhkan skill tertentu, akhirnya kota semakin padat dan timbullah persaingan yang ketat dalam memperoleh pekerjaan. Bagi mereka yang tidak memiliki skill yang mumpuni untuk memenuhi pangsa pasar lapangan kerja, pastilah mereka akan tersingkirkan dari persaingan ketat tersebut. Dari sinilah timbul pengangguran di perkotaan dengan angka yang tinggi.  
Kita ambil salah satu contoh pengangguran perkotaan yang berada di Batam yang saat ini mengalami lonjakan angka pengangguran sejak tahun 2012 yang berjumlah 25.391 orang. Lalu 2013 meningkat menjadi 32.031 orang, pada 2014 tembus menjadi 35.735 orang. Pada 2015 akhir sudah mencapai 90 ribu orang, terakhir awal 2016 tembus 100 ribu orang. Pengangguran yang terus meningkat ini dikarenakan lesunya perekonomian di Batam sebagai akibat dari tidak adanya investasi baru. Survei BPS Kota Batam pada 2015 menyebutkan untuk tingkat pengangguran akan semakin melonjak seiring menurunnya perekonomian dan banyaknya perusahaan yang hengkang dari Batam. Jika masalah ini tidak segera di atasi, maka akan terjadi masalah sosial bukan hanya di Batam, tetapi juga Kepulauan Riau.
            Selain Batam, Bandung juga sempat mengalami lonjakan pengangguran pada tahun 2015 yang disebabkan karena terpuruknya keadaan perekonomian. Meningkatnya biaya produksi, ditambah dengan keuntungan yang menurun membuar perusahaan-perusaahaan yang ada di Bandung menutup lowongan pekerjaan dan mengurangi tenaga kerja untuk mengurangi biaya produksi. Hal inilah yang menyebabkan angka pengangguran meningkat.
Kita lihat lagi tingkat pengangguran dari sisi lain, yaitu pengangguran yang berada di kota Denpasar, provinsi Bali. Bali merupakan provinsi yang memiliki tingkat pengangguran terendah dalam skala nasional. Denpasar bisa memiliki tingkat pengangguran yang rendah dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya dikarenakan kondisi ekonominya yang stabil dan terus mengalami pertumbuhan. Sektor ekonomi formal dan informalnya terus diberdayakan, investasi asing terus masuk, dan jumlah angkatan kerjanya tidak terlalu besar.
Jika dilihat dari beberapa kasus diatas, meningkatnya angka pengangguran erat kaitannya dengan kondisi perekonomian. Perekonomian yang buruk akan menyebabkan bertambahnya angka pengangguran. Ketika perekonomian mulai membaik dan kembali ke keadaan semula, angka pengangguran pun mulai menurun kembali. Untuk itulah perlu adanya sinkronisasi antara perekonomian dan ketenaga kerjaan, karena keduanya memiliki hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Sebenarnya, besarnya jumlah pengangguran di perkotaan bukan hanya disebabkan oleh keadaan perekonomian saja, faktor lainnya pun ikut berkonstribusi. Seperti yang sudah dikemukakan di awal, urbanisasi mendorong terjadinya kepadatan penduduk di kota dan menimbulkan ketatnya persaingan dalam hal mencari pekerjaan, dan akhirnya terjadi pengangguran dan kemiskinan kota.
Selain itu, penyebab pengangguran di kota juga disebabkan karena lapangan pekerjaan yang terbatas. Kota seharusnya bisa memberikan kehidupan yang lebih layak bagi masyarakatnya dengan menyediakan sarana penghidupan yang menjanjikan. Justru yang akan terjadi adalah sebaliknya, kota tidak bisa memberikan lapangan pekerjaan yang memadai bagi masyarakatnya. Pengangguran dan kemiskinan akan senantiasa melanda kota, ditambah dengan masalah-masalah sosial yang disebabkannya.
Tingkat pendidikan suatu masyarakat juga menentukan tingkat pengangguran suatu kota. Pendidikan yang rendah menjadikan masyarakat sulit untuk memperoleh suatu pekerjaan karena banyak lowongan pekerjaan yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang yang memiliki tingkat pendidikan tertentu. Pendidikan sering dijadikan syarat utama dalam memperoleh pekerjaan. Maka ketika seseorang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu, otomastis ia tidak bisa memperoleh pekerjaan yang menargetkan lulusan suatu jenjang pendidikan tersebut.
Kurangnya keterampilan menjadi faktor yang menyebabkan pengangguran karena untuk memperoleh suatu pekerjaan, seseorang harus memiliki keterampilan yang sesuai dengan bidang yang akan dikerjakannya. Banyak sekali kasus mengenai lulusan SMA/SMK atau sekalipun lulusan sarjana yang memiliki kriteria dalam hal pendidikan, justru tidak bisa memperoleh pekerjaan. Hal tersebut dikarenakan kurangnya keterampilan atau skill yang mereka miliki sehingga akhirnya mereka menganggur.
Penyebab lainnya adalah kurangnya kemampuan berwirausaha. Setelah lulus sekolah atau kuliah, kebanyakan dari orang-orang adalah mencari pekerjaan, namun sedikit sekali yang begitu lulus bisa langsung menciptakan lapangan pekerjaan. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya pengangguran. Orang berbondong-bondong mencari pekerjaan, sementara di sisi yang lain tidak ada yang membuka lapangan pekerjaan baru. Antara pencari pekerja dan pencari tenag kerja harus seimbang. Maka untuk itulah, jiwa kewirausahaan harus dibangun dalam diri individu agar tingkat pengangguran bisa berkurang.
Dengan banyaknya pengangguran di kota, sudah jelas terlihat bahwa masyarakat kota belum merasakan kesejahteraan. Selain itu, masyarakat yang menganggur merasakan beban psikologis akibat tekanan kehidupan yang menuntut untuk bisa hidup berdampingan dengan masyarakat lainnya yang memiliki pekerjaan. Kebutuhan akan kehidupan kota pun harus terpenuhi, sementara penghasilan tidak diperoleh. Tidak hanya berdampak pada individu saja, pengangguran juga memberi dampak secara makro terhadap negara. Banyaknya pengangguran, berarti banyak masyarakat yang tidak memiliki penghasilan, otomasis mereka tidak bisa membayar pajak, terutama pajak penghasilan. Pengangguran ini menjadi beban negara karena biaya sosial harus dikeluarkan oleh negara sementara penghasilan negara berkurang. Biaya sosial yang harus dikeluarkan seperti biaya pelayanan kesehatan, biaya keamanan, serta biaya proses peradilan sebagai akibat meningkatnya tingkat kriminalitas.
Selain dampak yang sudah disebutkan diatas, dampak lainnya bagi kota adalah meningkatnya kriminalitas. Orang yang menganngur dan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya pada akhirnya akan melakukan tindakan kriminal ketika dia didesak oleh kebutuhan dan lingkungan kota yang keras. Jika kriminalitas meningkat, wajah kota yang seharusnya memberikan kenyamanan dan kemewahan bagi masyarakatnya akan terganggu. Selain itu masalah kesenjangan sosial dan ekonomipun akan terjadi, dimana orang yang bekerja akan menikmati hidunya diantara gemerlapnya kehidupan kota, sementara orang yang menganggur tidak bisa memenuhi kebutuhan pokoknya. Untuk itulah perlu ada solusi yang tepat agar masalah pengangguran dan akibat-akibatnya ini bisa cepat terselesaikan.
Sebenarnya, cara pemecahan masalah pengangguran ini bukan hanya dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi individu pun harus mendorong dan membantu menyelesaikan masalah bersama ini. Jika masalah penggangguran ini dapat diselesaikan, yang merasakan dampaknya bukan hanya pemerintah, tapi juga oleh masyarakat kota yang merupakan bagian dari negara ini. Salah satu solusi yang perlu dicoba adalah tentunya memperbanyak lapangan pekerjaan yang menjadi santapan para pencari kerja. Jumlah lapangan pekerjaan yang dibuka harus seimbang dengan jumlah angkatan kerja yang ada, juga harus merata di berbegai daerah, bukan hanya di perkotaan saja tetapi juga di desa. Penyebaran lapangan pekerjaan ini penting agar masyarakat tidak hanya terkonsentrasi di perkotaan saja, di desa juga harus disediakan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan angkatan kerja. Jika lapangan pekerjaan hanya terkonsentrasi di perkotaan saja, maka yang akan terjadi adalah kepadatan penduduk kota.
Solusi selanjutnya adalah memberikan informasi lowongan pekerjaan kepada orang-orang yang membutuhkan pekerjaan. Pemberian informasi ini ditujukan agar masyarakat memasuki pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan, tingkat pendidikan dan lain sebagainya. Informasi pekerjaan sangat penting untuk mempertemukan antara pencari kerja dan lowongan pekerjaan yang tersedia. Informasi juga harus tersebar seluas mungkin agar semua masyarakat dapat mengaksesnya, baik melalui media masaa, cetak, maupun elektronik.
Selain memberikan informasi mengenai lowongan pekerjaan kepada masyarakat, solusi lainnya adalah memberikan pelatihan keterampilan. Keterampilan sangat dibutuhkan untuk memperoleh pekerjaan karena biasanya dalam bekerja, orang harus memiliki suatu keterampilan dan keahlian tertentu. Bukan hanya keterampilan, melainkan pendidikan juga perlu digalakan seperti program wajib belajar dua belas tahun agar tenaga kerja Indonesia memiliki pendidikan yang cukup untuk memperoleh suatu pekerjaa. Mengingat, banyaknya pengangguran dikarenakan banyaknya masyarakat yang berpendidikan kurang.
Menggalakan program transmigrasi juga bisa menjadi soslusi banyaknya pengangguran di daerah perkotaan. Banyaknya masyarakat yang berbondong-bondong datang ke kota menyebabkan kepadatan penduduk di kota. Maka, program transmigrasi ini perlu dilakukan agar masyarakat tidak terkonsentrasi di kota. Mereka yang mengikuti program transmigrasi diberikan lahan garapan dan modal untuk memulai usaha di tempat yang baru.
Meningkatkan jiwa kewirausahaan merupakan solusi yang penting agar pengangguran bisa berkurang. Merubah paradigma calon lulusan sekolah atau perguruan tinggi dari mencari kerja menjadi memberi kerja perlu diterapkan agar jiwa kewirausahaan bisa tumbuh sedini mungkin. Anak perlu di didik agar bisa menjadi wirausahawan kecil dan hal ini perlu mendapatkan dukungan yang lebih dari pemerintah. Para wirausahawan ini bukan hanya dapat menurunkan tingkat pengangguran tetapi bisa membantu pertumbuhan ekonomi negara.
Cara-cara lain yang dapat dilakukan untuk menekan angka pengangguran adalah menekan angka pertumbuhan penduduk melalui program keluarga berencana. Membatasi jumlah anak dapat mengurangi pula jumlah angkatan kerja. Solusi lain dikemukakan oleh Paul A Samuelson dan Willian D. Nurdhaous dalam bukunya Ekonomi adalah memperbaiki pasar tenaga kerja, menyediakan program pelatihan, dan menciptakan program padat karya. Sementara dalam GBHN tahun 1999, pemerintah seharusnya mengembangkan tenaga kerja secara menyeluruh dan terpadu yang diarahkan pada peningkatan kompetensi dan kemandirian tenaga kerja peningkatan pengupahan, penjaminan kesejahteraan, perlindungan kerja, dan pembebasan berserikat; dan meningkatkan kualitas dan kuantitas penempatan tenaga kerja ke luar negeri dengan memperhatikan kompetensi, perlindungan, dan pembelaan tenaga kerja yang dikelola secara terpadu dan mencegah timbulnya eksploitasi tenaga kerja.
Solusi-solusi diatas tidak akan berjalan secara lancar apabila tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik masyarakat, pemerintah, maupun pihak swasta. Kerjasama antar berbagai elemen akan mewujudkan keadaan yang ideal dan diharapkan oleh masyarakat. Jika pengangguran di kota berkurang, perekonomian meningkat, dan kemiskinan berkurang, masyarakatpun akan sejahtera. Wajah kota yang aman, nyaman dan sejahtera merupakan harapan semua masyarakat. Ketika harapan ini terwujud, maka sebuah kota akan menjadi tempat idaman yang bebas dari masalah-masalah sosial. Untuk itulah perlu kerjasama dari berbagai pihak agar kota menjadi tempat yang mampu menyejahterakan masyarakatnya, bukan tempat yang meresahkan masyarakat.

Nama               : Rosi Apriliani
NIM                : 2290150030
Semester          : 3
Mata Kuliah    : Sosiologi Perkotaan

Sabtu, 10 Desember 2016

Format Penulisan Penelitian Kualitatif



Format Penulisan Penelitian Kualitatif
Format penulisan kualitatif lebih sederhana dan mudah dibandingkan dengan format penulisan kuantitatif. Meskipun begitu, kita harus konsisten pada pendekatan kualitatif. Contoh-contoh format penulisan kualitatif pada dasarnya dapat kita lihat dalam jurnal-jurnal penelitian kualitatif yang dikeluarkan oleh Departemen Antropologi Universitas Indonesia, atau lembaga antropologi yang ada di luar negeri. Kitapun dapat menelusuri contoh-contoh artikel ilmiah dengan pendekatan kualitattif melalui internet.
Dari hasil penelusuran itu, kita akan mempunyai banyak informasi tentang format penulisan. Format seperti apa yang ingin kita terapkan. Tergantung pada selera kita. Untuk kepentingan penulisan buku, penulis mengutip secara utuh dari buku John W. Creswell format kualitaitf untuk dijadikan rujukan.
Format yang dimaksud adalah sebagai berikut (Creswell, 1994:13):
Pengantar:
·         Pernyataan masalah
·         Tujuan penelitian
·         Pernyataan dan sub-sub pertanyaan
·         Definisi
·         Signifikansi penelitian
Prosedur
·         Asumsi dan adsar alasan desain kualitatif
·         Jenis desain yang digunakan
·         Peranan inti
·         Prosedur pengumpulan data
·         Prosedur analisis data
·         Metode-metode pembuktian
·         Hasil penlitian dan hubungannya dengan teori dan pustaka
·         Lampiran
Contoh format lain adalah yang dikeluarkan oleh Kajian pengembangan Perkotaan, Program Pascasarjana Universitas Indonesia sebagai berikut:
Pendahuluan:
·         Latar belakang
·         Masalah penelitian
·         Pertanyaan penelitian
·         Tujuan penelitian
·         Manfaat penelitian
·         Ruang lingkup penelitian
Gambaran umum wilayah penelitian
·         Sejarah
·         Aspek fisik
·         Sosial
·         Ekonomi
·         Budaya
Tinjauan pustaka
Kerangka konsep
·         Konsep
·         Satuan analisis
·         Proposisi
·         Data dan informasi
Metodologi penelitian
·         Jenis penelitian
·         Metode pengumpulan data dan informasi
·         Tahap pengumpulan data dan informasi
·         Analisi data dan informasi
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan dan saran
Daftar pustaka
Sumber: Patilima, Hamid. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.