BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mengatasi
keberhasilan seseorang anak dalam pendidikannya tidak lepas dari campur
tangan orang tua sebagai pendidik utama dan guru sebagai pendidik
pengganti orang tua di sekolah.
Anak
dalam mengembangkan segala potensi yang dimilikinya membutuhkan
dukungan dari lingkungan sekitarnya, utamanya para pendidik yakni guru
maupun orang tua, oleh karena itu tidaklah berlebihan apabila sering
kita jumpai di beberapa media massa membahas pentingnya kerja sama guru
dan orang tua dalam membantu anak didik, untuk mengembangkan semua
potensi yang ada semaksimal mungkin. Dengan kata lain dalam proses
belajarnya dibutuhkan peranan orang tua maupun guru untuk membantu
tercapainya pengembangan itu.
Perlu
kita cermati bahwa anak dalam belajar sering sekali mendapatkan
kesulitan. Sebenarnya kesulitan belajar itu tumbuhnya bukan semata-mata
dari anak itu sendiri, tetapi lingkungan dimana anak itu berada besar
juga pengaruhnya terhadap berhasil atau gagalnya seseorang.
Beberapa
jauh hubungan antara anak dan keluarga akan dapat dilihat pada uraian
berikutnya. Lingkungan di sini bukan hanya terbatas pada lingkungan,
teman bermain, keluarga, tetapi lingkungan dalam arti luas, yakni semua
keadaan di luar diri anak tersebut. Dalam tulisan ini akan lebih dititik
beratkan pada kerja sama orang tua atau ayah, ibu, dalam usaha
menanggulangi masalah kesulitan belajar pada anak. Karena
pribadi-pribadi tersebut, besar pengaruhnya terhadap seluruh
per-kembangan anak, baik dari segi fisik maupun dari segi fsikisnya.
Dalam
mendididk anak tidak akan berhasil tanpa ada kerja sama yang baik
antara ayah dan ibu (orang tua) yang mendidik di rumah dengan guru
sebagai pengganti ayah, ibu di sekolah. Antara orang tua dan guru harus
ada kerja sama yang tidak dapat dipisahkan, jangan sampai terjadi saling
berebut kekuasaan antara orang tua dan guru dalam menangani anak
sehingga dengan kata lain, orang tua, guru, dan anak didik merupakan tri
tunggal yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Agar
lebih jelas seberapa jauh hubungan tersebut, terlebih dahulu diuraikan
tentang sebab-sebab kesulitan belajar pada anak didik, karena persolan
inilah yang banyak meminta perhatian dari kedua belah pihak, sebab tanpa
mengetahui penyebab serta apa arti kesulitan belajar, mungkin tidak
akan mengerti tujuannya.
Tujuan
belajar adalah, mengembangkan semua potensi yang ada pada anak didik
seoptimal mungkin. Karena kesulitan belajar, anak tidak dapat
mengembangkan potensinya. Banyak sekali segi-segi yang menyebabkan anak
mengalami hambatan-hambatan dalam mencapai keberhasilannya. Secara garis
besarnya di bagi dalam dua bagian yaitu; (1) faktor endogen, yakni
semua faktor yang berada pada diri anak tersebut; (2) Faktor Eksogen,
yakni semua faktor yang berada diluar diri anak, misalnya orang tua dan
guru dan semua hal di luar diri anak didik.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang penulisan ini, dirumuskan masalah sebagai berikut:
- Apakah faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak di sekolah.
- Sejauh manakah atau bagaimanakah peranan orang tua dalam mengatasai kesulitan belajar pada anak didik.
Dalam
uraian ini penulis secara singkat dapat menyimpulkan bahwa faktor
penyebab kesulitan belajar anak itu dipengaruhi oleh beberpa faktor yang
berada di dalam diri anak didik yang meliputi faktor inteligansi,
perhatian, bakat, minat, emosi, kepribadian gangguan jiwa atau gangguan
kepribadian lainnya, yang untuk lebih jelasnya akan di uraikan pada bab
berikutnya.
Demikian
hal peranan orang tua dalam mengatasi kesulitan belajar yang yang
dihadapi oleh anak, maka tidak lepas dari peranan orang tua dan guru
selaku pendidik dan juga merupakan salah satu penentu dari keberhasilan
anak dalam meningkatkan prestasi belajarnya itu dapat kita simak pada
uraian berikutnya.
C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
Dari
penulisan ini dapat di tetapkan tujuan bahwa sesungguhnya keberhasilan
dari pendidikan seorang anak itu amatlah dipengaruhi oleh keberadan
serta kemampuan pendidik untuk mengarahkan dan mendidik anak tersebut,
sehingga dapat dipahami bahwa keberhasilan dalam meningkatkan prestasi
anak itu merupakan suatu wujud kerja sama yang baik antara guru dan
orang tua serta peserta-peserta didik yang ber-sangkutan.
Dari
penulisan ini pula kita menekankan pentingnya seorang pendidik memahami
faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar pada anak
itu selanjutnya dapat dijadikan acuan atau pedoman, bahwa kesulitan
belajar anak itu adalah perlu ditanggulangi oleh guru maupun orang tua
sebagai pendidik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
Untuk
dapat mencapai cita-cita tidak bisa bermalas-malas tetapi harus rajin
dan gigih serta tekun belajar, karena belajar merupakan syarat mutlak
untuk menjadi pandai dalam segala hal, dalam bidang ilmu pengetahuan
maupun keterampilan ataupun kecakapan. Seseorang yang baru lahir, ia
harus belajar berbagai kecakapan terutama sekali berupa motorik dimana
diketahui bahwa belajar itu dilaksanakan oleh setiap orang. Baik
anak-anak remaja, orang dewasa maupun orang tua dan akan berlangsung
seumur hidup selama hayat dikandung badan.
Definisi belajar yang dikemukakan oleh para sarjana antara lain;
1. Witheringthon, dalam buku Educational Pscycology mengemukakan ;
Belajar
adalah suatu perubahan di dalam kepribadian menyatakan diri sebagai
suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan sikap, kebiasan,
kepandaian, atau suatu pengertian.
2. Morgan, dalam buku Introduction to psycology (1976) mengemuka-kan;
Belajar
adalah setiap perubahan yang relatif menetap dan tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
3. Gagne, Mengatakan bahwa;
Belajar
terjadi apabila suatu situasi stimulasi bersama dengan ini ingatan
mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga per-buatannya berubah dari
waktu sebelum ia mengalami situasi itu sewaktu ia sesudah mengalami
situasi tadi.
Dari
definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa
elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar yaitu ;
- Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
- Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam arti perubahan yang disebabkan oleh perubahan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar seperti perubahan yang terjadi pada diri seseorang.
- Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang, berapa lama periode itu sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya perupakn dengan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung sehari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun tahun. Ini berarti kita harus menyampingkan perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelemahan, aaadaptasi, ketaajaman, perhatian atau perhatian seseorang yang biasanya hanya berlangsung sementara.
- Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar, yang menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik pisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/ berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.
Semua
pendapat di atas, menunjukkan bahwa belajar adalah proses perubahan.
Perubahan itu tidak hanya perubahan lahir, tetapi juga perubahan batin,
tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang nampak, tetapi juga perubahan
negatif yaitu semakin jelek perilakunya, atau perubahan yang positif
yaitu perubahan menuju ke arah kemajuan atau ke arah perbaikan.
Harus
pula diperhatikan bahwa dalam belajar itu jiwa seseorang tidak pasif,
tidak seperti gudang di mana barang-barang ditumpuk dan tidak pula
seperti alat pemitret yang kerjanya mengambil hanya gambar.
Dalam
proses belajar ada proses mental yang aktif pada tempat permulaan
belajar, aktivitas itu masih belum teratur, banyak hasil-hasil yang
belum terpisahkan dan masih banyak kesalahan yang diperbuat. Tetapi
dengan adanya usaha dan latihan yang terus menerus, adanya kondisi
belajar yang baik, adanya dorongan-dorongan yang membantu, maka
kesalahan itu makin lama makin berkurang. Prosesnya makin teratur,
keragu-raguan makin hilang dan timbul ketetapan .
Orang
yang belajar, makin lama, makin dapat mengerti akan hubungan dan
perbedaan bahan-bahan yang dipelajari dan setingkat dapat membuat
sesuatu bentuk yang mula-mula belum ada.
Apabila
orang yang telah belajar maju setingkat dari setingkat yang satu ke
tingkat yang lain, ia dapat mempergunakan bahan-bahan ataupun
pengetahuan yang telah dimiliki untuk diperoleh atau diperhatikan bahwa
perbuatan merupakan suatu pertumbuhan. Jadi belajar bukanlah suatu
proses yang menganalisis tetapi di sini seluruh kepribadian itu aktif.
Dalam
masalah belajar ini, metode pengajarn akan banyak mempengaruhi cara
belajarnya seseorang yang sedang belajar. Sebaliknya apa bila mata
pelajaran yang diberikan tanpa tujuan dan murid diharuskan
mengingat-ingat dan mendapatkan hal-hal yang tidak bertujuan, ini akan
melelahkan semangat belajar. Sebaliknya, apa bila mata pelajaran diatur
sedemikian rupa sehingga mempunyai tujuan tertentu, dan murid mempunyai
pengertian yang luas, maka semangat belajar murid akan datang dengan
sendirinya.
B. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan di Sekolah
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak di sekolah misalnya ;
1. Faktor dari dalam diri manusia (faktor intern) yang meliputi ; bakat, minat, kemauan, kecerdasan dan fantasi
a. Bakat
Bakat
adalah pada dasarnya bersifat herediter yang artinya telah dibawa sejak
lahir dan merupakan kecakapan khusus, misalnya seorang anak yang tidak
berbakat dalam hal musik, walupun disodori berbagai macam alat musik
kemudian dikursuskan dan sebagainya ke hal-hal yang menjurus ke musik
tetap saja tidak bisa memainkannya. Lain halnya dengan anak yang memang
berbakat dalam hal musik, apabila sedfikit demi sedikit di perkenalkan
pada bidang musik, maka lama kelamaan akan menyenanginya, dan apa bila
diikuti dengan ketekunan berlatih maka akan mencapai prestasi tinggi.
b. Minat
Minat
adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada
suatu situasi atau obyek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan
kepadannya (satisfiers). Demikian minat dapat menimbulkan sikap yang
merupakan suatu kesiapan berbuat bila ada stimuli khusus sesuai dengan
keadaan tersebut.
c. Kemauan
Kemauan
adalah kemauan itu pada kenyataannya sama dengan minat, tetapi pada
kemauan kadang-kadang diukuti dengan usaha yang sungguh-sungguh, kalau
individu itu mau, misalnya; seorang anak yang tidak bisa mengambil
pelajaran matematika, dan anak terset tidak ada kemauan untuk belajar,
maka anak tersebut tidak akan bisa mempelajari matematika.
d. Kecerdasan
Kecerdasan
adalah yang merupakan penertian dari intelegensi dengan menurut
witheringthon, mempunyai tiga ciri hakiki yang meliput; cepat, cekatan,
tepat.
e. Fantasi
Fantasi adalah merupakan daya khayal yang dimiliki oleh seorang anak.
2. Faktor dari luar diri manusia (faktor ekstern) yang meliputi : faktor sosial dan non sosial.
a. Faktor sosial
Faktor
sosial adalah faktor manusia, baik manusianya itu ada (hadir) ataupun
tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu seseorang sedang
belajar, banyak sekali sedang menggangu situasi belajar. Misalnya, suatu
kelas sedang mengerjakan ujian, kemudian mendengar suara anak-anak
ribut di samping kelas atau seseorang sedang belajar di kamar, kemudian
ada satu dua orang yang hilir mudik keluar masuk kamar itu dan banyak
lagi peneyebab-penyebab lainnya.
b. Faktor non sosial
Dari
segi faktor dari luar diri manusia yang meliputi faktor non sosial
adalah kelompok faktor-faktor ini bisa dikatakan juga tidak terbilang
jumlahnya seperti keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu pagi, atau
siang, malam, letaknya tempat, alat-alat yang di-pakai untuk belajar
dengan pekataan lain alat-alat pelajaran.
BAB III
SEBAB-SEBAB KESULITAN BELAJAR ANAK DI SEKOLAH
A. Sebab Kesulitan Belajar Karena Fisik
Yang menyebabkan kesulitan belajar, ada tiga golongan yaitu :
1. Karena sakit
Seseorang
akan mengalami kelemahan fisik sehingga saraf sensoris dan motorisnya
lemah, akibatnya rangsangan yang diterima melalui indera lama, sarafnya
akan bertambah lemah, sehingga ia dapat tertinggal jauh dalam
pelajarannya.
2. Karena Kurang Sehat
Anak
yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar sebab ia mudah
capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya lemah, hilang semangat,
sehingga pikirannya terganggu, karena hal-hal ini maka penerimaan dan
respon pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara
optimal, memproses, mengolah, menginterpretasi dan mengorganisir bahan
pelajaran melalui inderanya .
3. Karena Cacat
Cacat tubuh di bedakan atas dua bagian yaitu :
a. Cacat tubuh yang ringan, seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, dan gangguan psikomotorik lainnya.
b. Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli hilang tangan srta kaki dan lain-lain.
B. Sebab-Sebab Kesulitan Belajar Karena Rohani
Sebab-sebab kesulitan belajar, ada lima golongan yaitu :
1. Intelegensi
Anak
yang IQ-Nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi.
Anak yang normal (90-110) dapat menamatkan Sekolah Dasar tepat pada
waktunya. Mereka yang memiliki IQ antara 110-140 dapat digolongkan anak
yang cerdas dan memiliki IQ 140 keatas, tergolong genius, golongan ini
mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Perguruan
Tinggi, jadai semkin tingginya IQ-nya seseorang, akan makin cerdas pula.
Sementara mereka yang mempunyai IQ dari 90 tergolong lemah mental.
Anak semcam inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar, mereka ini
akan di golongkan atas “ debil, Embisil, dan idiot golongan, debil,
walupun umurnya lebih 25 tahun, kecerdasannya setingkat anak normal
bberusia 12 tahun, golongan embisil hanya mampu mencapai
tingkatan/kecakapan anak normal berusia 3 tahun. Anak yang tergolong
lemah mental ini sangat terbatas kecakapannya, karen itu apabila mereka
harus menyelesaikan persoalan yang melebihi potensinya, jelas mereka
akan tidak mampu dan banyak mengalami kesulitan, oleh karena itu orang
tua/pembimbing harus memiliki tingkat IQ anak dengan meminta bantuan
seseorang psikologi agar dapat melayani anak/murid.
2. Bakat,
Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir, setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda.
3. Minat
Tidak
adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran, akan menimbulkan
kesulitan belajar yang tidak ada minatnya, mungkin tidak sesuai dengan
bakatnya sesuai dengan kecakapannya, tidak sesuai dengan type-typenya
khusus anak akan banyak menimbulkan problema pada diri anak, karena hal
itu, pelajaran tidak dapat dicerna/diproses dalam otak, akibatnya timbul
kesulitan yang kesemuanya itu timbul karena tidak adanya minat pada
anak tersebut.
4. Motivasi
Motivasi
sebagai faktor batin berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan
perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam
mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya, akan semakin besar
tingkat kesusksesan belajarnya. Seorang yang kuat motivasinya akan
semakin giat berusaha dengan gigih, tidak mau menyerah, giat belajar
untuk meningkatkan prestasi, atau untuk memecahkan masalah. Sebaliknya,
seorang anak yang motovasinya lemah akan tampak avuh, akibatnya banyak
mengalami kesulitan belajar.
5. Kesehatan Mental
Belajar
tidak hanya menyangkut segi intelek saja, tetapi juga menyangkut segi
kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dan emosi akan
menimbulkan hasil belajar yang baik. Dengan belajar, akan selalu sukses
dan meningkatkan rasa percaya diri (harga diri) seseorang. Bila rasa
percaya diri itu, ia akan merupakan faktor penting bagi kesehatan
mental. Setiap individu, di dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan
dan dorongan seperti memperoleh penghargaan, mendapat kepercayaan, rasa
aman, rasa kemesraan dan lain-lain.
Apabila
kebutuhan-kebutuhan itu tidak dapat terpenuhi maka akan membawa
kestabilan emosional dalam bentuk meladjusment. Melasjudment adalah
sebagai manifestasi dari rasa emosional mental yang kurang sehiat dapat
menimbulkan kesulitan dan kerugian dalam belajar, sebab anak yang sedih
akan kacau pikirannya dan sulit untuk mencapai konsentrasi belajar.
C. Peranan Orang Tua dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Anak di Sekolah
Orang
tua sebagai pembimbing di rumah juga memegang peranan penting dalam hal
mengatasi kesulitan belajar anak di samping peran guru di sekolah.
Karena tidak jarang adanya fenomena faktor kemalasan anak belajar,
karena keberadannya guru (kemampuan dan keprofesional-nya) sebagai
pendidik tidak maksimal. Oleh karena itu, guru dapat menjadi penyebab
kesulitan belajar apabila guru tidak berkualifed, baik dalam pemilihan
metode yang digunakan atas dalam mata pelajaran yang dipegangnya tidak
sesuai, sehingga kurang menguasai. Lebih-lebih, kalau kurang persiapan
sehingga cara menerangkan kurang jelas dan sukar dimengerti
anak/murid-muridnya.
Hubungan
orang tua atau guru dengan anak atau murid kurang baik, jika bermula
dari sifat dan sikap guru/orang tua yang tidak di-senangi oleh
anak/murid sendiri. Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis
kesulitan belajar anak. Orang tua atau guru menuntut standar pelajaran
di atas kemampuan anak didik.
Kemudian keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama, tetapi dapat juga sebagai faktor ini antara lain adalah :
1. Faktor Orang Tua
Orang
tua yang tidak memperhatikan pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh tak
acuh dan tidak memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya, maka akan
menjadi penyebab kesulitan belajarnya.
Orang
tua yang bersifat kejam, otoriter akan menimbulkan mental yang tidak
sehat. Hal ini akan berakibat anak tidak tenteram, tidak senang di
rumah, ia pergi mencari sebayanya, hingga lupa belajar, yang sebenarnya
orang tua mengharapkan anaknya pandai dan berhasil.Sifat hubungangan
orang tua dengan anak sering dilupakan, sementara faktor ini terpenting
sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak.
Yang
dimaksud hubungan adalah kasih sayang penuh perhatian/ pengertian dan
kebencian atau sikap keras acuh tak acuh, memanjakan dan lain-lain.
Kasih sayang orang tua dapat menimbulkan mental yang sehat bagi anak,
begitu pula kurangnya kasih sayang, akan menimbul-kan emosional
inssecurity, demikian juga sikap keras, kejam, acuh tak acuh yang dari
orang tua dapat berupa :
a. Apakah orang tua sering meluangkan waktunya untuk bersenda gurau dengan anak-anaknya
b.
Biasakah orang tua membicarakan kebutuhan keluarga dengan anak-anaknya,
karena orang tua itulah yang merupakan contoh terdekat dari
anak-anaknya, sehingga segala yang diperbuat orang tua, disadari atau
tidak akan ditiru oleh anak-anaknya.
Olehnya
itu, sikap orang tua yang tidak baik, misalnya bermalas-malasan dan
semacamnya, hendaklah dihindari dan buang jauh-jauh. Demikian pula
belajar merupakan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan
tanggung jawab tumbuh pada diri anak, karena orang tua yang sangat sibuk
tentunya anak lebih banyak tidak mendapatkan perhatian, pengawasan dan
bimbingan orang tua sehingga anak kemungkinan akan banyak mengalami
kesulitan dalam belajar.
2. Suasana Rumah/Keluarga
Suasana
keluarga yang sangat ramai atau gaduh tidak mungkin anak dapat belajar
dengan baik, anak akan selalu terganggu konsentrasinya sehingga sukar
untuk belajar. Demikian juga suasana rumah yang selalu tegang, selalu
banyak cekcok di antara keluarga dan selalu banyak ditimpa kesedihan.
Antara ayah dan ibu selalu cekcok atau selalu membisu akan mewarnai
suasana keluarga yang melahirkan anak-anak tidak sehat mentalnya. Anak
tidak tahan di rumah, akhirnya, keluyuran di luar rumah teman-temannya,
menghasbiskan waktu untuk hilir, mudik ke sana kemari, sehingga tidak
mustahil kalau presatsi belajarnya menurun.
Untuk
itu hendaknya suasana rumah selalu dibuat menyenangkan, aman, tenteram,
damai dan haromis, agar anak betah tinggal di rumah, keadaan ini akan
banyak ,mengungtungkan bagi kemajuan belajar anak.
Keadaan
ekonomi keluarga, faktor biaya juga merupakan faktor yang sangat
memerlukan biaya, maka keluarga miskin akan merasa berat untuk
mengeluarkan biaya yang bermacam-macam, seperti; keperluan sekolah dan
lain-lain, karena uang yang ada bukan untuk sekedar dipakai
berpoya-poya, melainkan hanya sekedar dipakai untuk keperluan anak
sehari-hari, lebih-lebih jika keluarga tersebut memiliki banyak anak,
maka akan lebih sulit lagi.
Keluarga
dengan keadaan ekonomi yang pas-pasan, tidak akan dapat menyediakan
anak-anak mereka tempat belajar yang memadai, di mana tempat itu
merupakan tempat untuk belajar yang efektif dan efisien. Keadaan ini
sebaliknya dari keadaan yang lain, di mana keadaan/kemampuan ekonomi
keluarga berlimpah ruah, mereka akan menjadi segan belajar karena
terlarang banyak bersenang-senang, mungkin orang tua tidak tahan melihat
anak-anaknya, belajar dengan susah payah, keadaan seperti ini pula akan
dapat menghambat kemajuan belajar anak akibat kehidupan yang
berlebih-lebihan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasar
dari uraian-uraian terdahulu, maka dapat dirumuskan suatu kesimpulan
bahwa; keberhasilan anak dalam meningkatkan prestasi belajar serta dalam
menanggulangi kesulitan belajarnya, tidaklah terelepas dari peranan
orang tua serta guru dalam proses pendidikannya
B. Saran-Saran
Dalam
menghantarkan anak pada perkembangan yang optimal, maka jelasnya bahwa
hubungan orang tua dan guru sangat erat. Orang tua tidak dapat
menyalahkan anak didik bila terjadi kegagalan dalam diri anaknya,
demikian pula sebaliknya guru tidak dapat menyalahkan orang tua dalam
menangani anak didiknya.
Diharapkan
kepada semua pihak untuk saling membantu dan mengadakan instropeksi
terhadap kekurangannya masing-masing, agar terjadi saling komounikasi
dalam menghantarkan anak ke arah yang menjadi tujuan dari semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, H. Akyas, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo, 1989.
Gunarsah, Singgih dan Ny. Singgi Hunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan remaja. Jakarta. BPK Gunung Mulia, 1983
Haditono, Siti Rahayu, Psikologi Perkembangan. Yogyakarta. Gajah Madah University Press, 1982.
Muzakkir, Ahmad dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan. Bandung. CV. Pustaka Setia 1997.
Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung Remaja Rosdakarya, 1992.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Belajar; Kumpulan Naskah Penataran. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung, Remaja Rosdakarya, 1996.
____________. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta Gramedia, 1983.
sumber: http://www.artikelind.com/2011/04/peranan-orang-tua-dalam-mengatasi-kesulitan-belajar-anak-di-sekolah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar