Pengumpulan data merupakan kegiatan yang terpenting dalam penelitian. Menyusun instrumen
memang pekerjaan penting di dalam langkah penelitian, tetapi
mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama jika peneliti
menggunakan metode yang rawan terhadap masuknya unsur subjektif
peneliti. Itulah sebabnya menyusun instrumen pengumpulan data harus ditangani secara serius agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya yaitu pengumpulan data yang tepat.
Pengumpulan data dalam penelitian
perlu dipantau agar data yang diperoleh dapat terjaga tingkat validitas
dan reliabilitasnya. Walaupun telah menggunakan instrumen yang valid
dan reliabel tetapi jika dalam proses penelitian tidak diperhatikan bisa
jadi data yang terkumpul hanya onggokkan sampah. Peneliti yang memiliki
jawaban responden sesuai keinginannya akan semakin tidak reliabel.
Petugas pengumpulan data yang mudah dipengaruhi oleh keinginan
pribadinya, akan semakin condong (bias) data yang terkumpul. Oleh karena
itu, pengumpul data walaupun tampaknya hanya sekedar pengumpul data
tetapi harus tetap memenuhi persyaratan tertentu yaitu yang mempunyai
keahlian yang cukup untuk melakukannya.
Mengumpulkan data memang pekerjaan yang
melelahkan dan sulit. Dalam penelitian sosial, bisa jadi petugas
pengumpul data berjalan dari sekolah ke sekolah dan atau dari rumah ke
rumah mengadakan interviu atau membagi angket. Suatu saat terkadang
sangat mudah menemukan responden tetapi pada saat yang lain sangat sulit
sehingga menimbulkan keputus asaan. Karena itu terkadang pekerjaan
pengumpul data seperti sering diberikan kepada pembantu-pembantu
peneliti yunior, sedangkan para senior cukup membuat desain, menyusun
instrumen, mengolah data, dan mengambil kesimpulan.
Data yang diungkap dalam penelitian dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: fakta, pendapat, dan kemampuan.
Untuk mengukur ada atau tidaknya atau besar kecilnya kemampuan objek
yang diteliti, seringkali menggunakan tes. Perlu kita ketahui,
pelaksanaan tes bukan hanya untuk mengukur kemampuan manusia tetapi tes
dapat juga dilakukan untuk mengukur kemampuan mesin atau perlengkapan
lainnya. juga. Bahkan seekor binatang seperti anjing pelajar perlu juga
di-tes. Dari test akan diketahui ada yang memiliki kemampuan yang rendah
dan ada pula yang tinggi.
Untuk manusia, instrumen yang berupa tes
ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau
prestasi. Untuk mengukur kemampuan dasar antara lain dengan tes
inteligensi IQ, tes minat, tes bakat khusus, dan sebagainya. Khusus
untuk tes prestasi belajar yang biasa digunakan di sekolah adalah tes
buatan guru dan tes terstandar yang dibuat oleh tim khusus secara
nasional dan internasional.
1. Pengumpulan Data Melalui Kuesioner atau Angket
Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau angketmemang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpul data. Prosedur penyusunan kuesioner:
- Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
- Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
- Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan tunggal.
- Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya.
Penentuan sampel sebagai responden
kuesioner perlu mendapat perhatian pula. Apabila salah menentukan
sampel, informasi yang kita butuhkan barangkali tidak kita peroleh
secara maksimal.
2. Pengumpulan Data melalui Interviu
Penggunaan metode interviu memerlukan
waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data. Dibandingkan dengan
mengedarkan angket kepada responden, interviu sangat rumit. Dalam
melakukan interviu, penelitiharus memperhatikan sikap pada waktu datang,
sikap duduk, kecerahan wajah, tutur kata, keramahan, kesabaran serta
keseluruhan penampilan, akan sangat berpengaruh terhadap isi jawaban
responden yang diterima oleh peneliti. Oleh sebab itu, maka perlu adanya
latihan yang intensif bagi calon interviewer (penginterviu).
Secara garis besar ada dua macam pedoman
wawancara yaitu pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman
wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja
kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara
dengan jenis pedoman mi lebih banyak tergantung dan pewawancara.
Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden. Jenis interviu mi
cocok untuk penelitian kasus. Dan jenis kedua adalah pedoman wawancara
terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci
sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal membubuhkan tanda v
(check) pada nomor yang sesuai.
Pedoman wawancara yang banyak digunakan
adalah bentuk “semi structured”. Dalam hal ini, mula-mula interviwer
mananyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu
per satu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan
demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan
keterangan yang lengkap dan mendalam.
3. Pengumpulan Data melalui Observasi
Dalam menggunakan metode observasi cara
yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko
pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item
tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.
Peranan yang paling penting dalam
menggunakan metode observasi adalah pengamat. Pengamat harus jeli dalam
mengamati adalah menatap kejadian, gerak atau proses. Mengamati bukanlah
pekerjaan yang mudah karena manusia banyak dipengaruhi oleh minat dan
kecenderungan-kecenderungan yang ada padanya. Padahal hasil pengamatan
harus sama, walaupun dilakukan oleh beberapa orang. Dengan lain
perkataan, pengamatan harus objektif.
4. Pengumpulan Data melalui Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu usaha mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan
sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode mi agak tidak
begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih
tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda
hidup tetapi benda mati.
Seperti telah dijelaskan, dalam
menggunakan metode dokumentasi ini peneliti memegang chek-list untuk
mencari variabel yang sudah ditentukan. Apabila terdapat/muncul variabel
yang dicari, maka peneliti tinggal membubuhkan tanda check atau tally
di tempat yang sesuai. Untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau
belum ditentukan dalam daftar variabel peneliti dapat menggunakan
kalimat bebas.
==================
Diambil dan adaptasi dari:
Direktorat Tenaga Kependidikan,
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Proses Penelitian. Jakarta
sumber: https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/11/10/tentang-pengumpulan-data/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar