Senin, 28 November 2016

PENGARUH TRADISI REBO WEKASAN (SHOLAT TOLAK BALA) TERHADAP MASYARAKAT KELURAHAN RANGKASBITUNG BARAT, KABUPATEN LEBAK, BANTEN



PENGARUH TRADISI REBO WEKASAN (SHOLAT TOLAK BALA) TERHADAP MASYARAKAT  KELURAHAN RANGKASBITUNG BARAT, KABUPATEN LEBAK, BANTEN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Kebantenan
Dosen Pengampu: Arif Permana Putra,M.Pd.

Oleh :
Ukhti Rusniawati
(2285150010)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
Oktober 2016
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS ARTIKEL


Judul               : Pengaruh Tradisi Rebo Wekasan (Sholat Tolak Bala) Terhadap
Masyarakat Kelurahan Rangkasbitung Barat, Lebak, Banten.
Oleh                : Ukhti Rusniawati
NIM                : 2285150010

Telah disahkan pada   :
Hari                 : Rabu
Tanggal           : 02 November 2016
Tempat            : Ruang Jurusan FKIP UNTIRTA Ciwaru






Menyetujui,    



Arif Permana Putra, M.Pd.
NIDN. 04 290787 03


PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai berbagai budaya dan tradisi yang berkembang dan melekat erat pada masyarakat yang sampai hari ini masih dipertahankan. Setiap daerah di Indonesia mempunyai tradisi yang berbeda-beda dan khas, hal ini mencakup ilmu pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai adat dan lain sebagainya. Kepercayaan yang terlihat dari masyarakat kelurahan Rangkasbitung Barat Kabupaten Lebak Provinsi Banten ini adalah salah satunya melaksanakan Tradisi Rebo Waekasan yang dilaksanakan setiap tahun pada hari Rabu terakhir di bulan safar.
Masyarakat berpendapat bahwa pada hari Rabu terakhir di bulan safar akan diturunkan berbagai malapetaka atau penyakit. Maka untuk mengindari penyakit tersebut masyarakat melaksanakan Sholat Tolak Bala berjama’ah di Masjid Al-Kamal di Kampung Sentral kelurahan Rangkasbitung Barat. Selain itu, masyarakat sekitar menyebutkan bahwa Rebo Wekasan diyakini sebagai hari dimana turunnya berbagai penyakit dan marabahaya sebanyak 320.000. sehingga masyarakat berbondong-bondong melaksanakan sholat tolak bala di masjid terdekat atau bisa dilaksanakan sendiri di rumah pada pagi hari, meskipun tidak ada dasar dan penjelasan yang tepat tentang hal itu.
Ada beberapa pertanyaan yang akan dibahas pada artikel ini yaitu: Bagaimana keadaan masyarakat di daerah Kelurahan Rangkasbitung Barat? Apa itu Rebo Wekasan? Apa makna dari Rebo Wekasan (Sholat tolak bala)? Bagaimana cara pelaksanaan Rebo Wekasan (Sholat tolak bala)?

PEMBAHASAN
2.1.      Keadaan Masyarakat di Daerah Kelurahan Rangkasbitung Barat
Kampung Sentral kelurahan Rangkasbitung Barat, kecamatan Rangkasbitung kabupaten Lebak, Provinsi Banten merupakan sebuah kampung yang cukup besar, terletak dipusat kota Rangkasbitung. Masyarakat di sekitar kelurahan Rangkasbitung Barat adalah masyarakat yang mempunyai rasa kekeluargaan yang sangat erat dan terbilang cukup religious. Selalu menyempatkan diri untuk melaksanakan sholat berjamaah di masjid. Selain ada tradisi ngariung, di kampung Sentral kelurahan Rangkasbitung Barat pun mempunyai tradisi yang dari zaman dahulu da hingga kini masih dipertahankan. Bahkan, dilaksanakan rutin setiap tahunnya yaitu menunaikan sholat Rebo Wekasan (Sholat Tolak Bala). Setiap pagi pada hari Rabu terakhir dibulan safar, hampir semua masyarakat berbondong-bondong pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat tolak bala berjama’ah. Sholat tolak bala ini bisa dilakukan sendiri di rumah dan tidak harus di masjid.


2.2.      Rebo Wekasan
Rebo Wekasan adalah hari Rabu yang terakhir pada bulan Shafar. Dari beberapa cara merayakan Rebo Wekasan ada yang mengganjal dalam pikiran penulis yaitu dengan cara melalukan shalat Rebo wekasan yang dikerjakan pada hari Rabu pagi akhir bulan Shafar setelah shalat Isyraq, kira-kira mulai masuk waktu Dhuha. Pada dasarnya Shalat Rebo Wekasan tidak ditemukan temukan adanya Hadits yang menerangkan shalat Rebo Wekasan.
Dalam Islam berbagai shalat baik wajib maupun sunnah telah disebutkan dalam Hadits Nabi saw secara lengkap yang termuat dalam berbagai kitab Hadits, namun shalat Rebo Wekasan tidak ditemukan. Shalat wajib atau shalat sunnah merupakan ibadah yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya, baik tata cara mengerjakannya maupun waktunya. Tidak dibenarkan membuat atau menambah shalat baik wajib maupun sunnah dari yang telah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Ibadah hanya dapat dilakukan sesuai dengan yang diperintahkan, jika tidak, maka sia-sia belaka
Namun sikap yang baik terhadap shalat Rebo Wekasan adalah kembali kepada aturan bahwa semua ibadah didasarkan atas perintah. Sesuai dengan penjelasan yang telah diuraikan di atas, tidak ditemukan dasar perintah atau keterangan yang menjelaskan tentang shalat Rebo Wekasan atau shalat tolak bala, maka shalat Rebo Wekasan tidak perlu dilakukan. Bukankah semua shalat yang kita kerjakan baik wajib maupun sunnah dapat menolak bala?.
Al-Imam`Abdul Hamid Quds (Mufti dan Imam Masjidil Haram) Dalam kitab Kanzun Najah Was-Suraar Fi Fadhail Al-Azmina Wash-Shuhaar Banyak Awliya Allah yang mempunyai pengetahuan spiritual yang tinggi mengatakan bahwa pada setiap tahun, Allah menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar, yang dikenal dengan Rabu Wekasan. Oleh sebab itu hari tersebut menjadi hari yang terberat di sepanjang tahun.
2.3.      Makna yang terkandung dari Rebo Wekasan
Setidaknya ada dua makna yang terselubung dalam perayaan rebo wekasan bagi masyarakat muslim, kedua makna tersebut adalah makna yang sangat sakral dan makna ketenangan.
a.       Makna Sakral
Bagi masyarakat muslim Demak kebanyakan mereka meyakini bahwa hari rabu terakhir bulan Shafar atau rebo wekasan mempunyai makna yang mendalam dan disakralkan karena dianggap hari nahas, hari dimana Allah SWT menurunkan 320 ribu bala’, hari yang menakutkan atau hari yang bisa menjadikan seseorang mendapatkan bahaya.sebutan hari nahas ini menurut beberapa orang berdasarkan pada tafsir QS. Al-Qomar : 19 yang artinya “Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus,”.
b.      Makna Ketenangan
Setelah mereka melakukan ritual sebagaimana diatas, mereka merasakan ketenangan dalam hati serta tidak was-was kan bahaya yang menimpanya. Sebutlah Kyai Mastur, seorang kyai Majid di desa Gajah Lor, ia meyakini bahwa setelah melakukan ritual dengan segala rangkaiannya ia merasa tenang karena sudah berusaha dengan berdo’a, shalat li daf’il bala, melakukan sedekah yang menurut keyakinanorang Islam sebagai penolak bala’ karena berdasarkan hadits, bahwa shadaqah akan menolak segala bahaya. Di samping itu, ia sudah merasa berusaha untuk meminum air yang telah diberikan wafaq atau rajah yang berisi tulisan-tulisan al-Qur’an, dengan harapan mendapatkan berkah dari tulisan tadi.
Seandainya perbuatan yang mereka lakukan itu kurang ada tuntunannya menurut teks-teks al-Qur’an atau hadits, mereka masih mengatakan itu sekedar ibadah afdhaliyatu a’mal dan tentu tetap mendapatkan pahala. Dari keyakinan-keyakinan inilah mereka merasa puas bahagia, tenang, tentram tidak merasa takut dalam menjalani hari-hari mereka pada hari Rebo Wekasan.
2.4.      Pelaksanaan Sholat Rebo Wekasan (Tolak Bala)
Sholat Sunat Lidaf'il Bala Rabu Terakhir Bulan Safar pada tahun Hijriyah dilaksanakan pada pagi hari setelah sholat Isyraq, Isti'adzah dan Istikharah.
Sebelum melaksanakan sholat membaca istighfar (3 X).
(astaghfirullohal 'azhiim, alladzii laa ilaaHa illa Huwal hayyul qoyyuum, wa atuubu ilaiHi taubatan 'abdin zhoolimin, laa yamliku linafsiHii, dlorrow wa laa naf'a, wa laa mautaw walaa hayaataw wa laa nusyuuro. )
-ARTINYA:                         
 (Saya memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung. Saya mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Tuhan yang hidup terus dan berdiri dengan sendiri-Nya. Saya mohon taubat selaku seorang hamba yang banyak berbuat dosa, yang tidak mempunyai daya upaya apa-apa untuk berbuat mudharat atau manfaat untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti.)
Niatnya :
(Usholli sunnatal lidaf'il bala'i rok'ataini Lillahi Ta'ala) Setiap rakaat ba'da fatihah membaca :
Surat al-Kaustar 17 kali, Surat al-Ikhlash 5 kali, Surat al-Falaq dan an-Nas masing-masing 1 kali
Do'a setelah shalat lidaf'il Bala:
(Bismillahirrohmanirrohiim. Yaa syadiidal QUwwaa Wa yaa Syadiidal mihaali. Allohumma innii a'udzubika bikalimaatikattammaati kulliHa minarriihil ahmari waminaddaa_il akbari finnafsi waddami wallahmi wal 'udzmi wal juluudi waluruuqi subhaanaka izaa qodoyta amran antaquula laHu kun fa yakuun. Allohu Akbar,Allohu Akbar,Allohu Akbar, Birahmatika Yaa Arhamarroohimiin)
Artinya : "Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dengan kalimat-Mu yang sempurna dari angin merah dan penyakit yang besar di jiwa, daging, tulang dan urat. Maha Suci Engkau apabila memutuskan sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah" maka "jadilah ia".
Pelaksanaan sholat sunat Lidaf'il Bala diambil dari keterangan yang tercantum dalam kitab al-Jawahir al-Khomsi halaman 51-52.dilaksanakan pada pagi hari Rabu terakhir bulan Shofar, sebanyak 4 rakaat 2 kali salam.

KESIMPULAN
Rebo Wekasan adalah hari Rabu yang terakhir pada bulan Shafar. Sholat Sunat Lidaf'il Bala Rabu Terakhir Bulan Safar pada tahun Hijriyah dilaksanakan pada pagi hari setelah sholat Isyraq, Isti'adzah dan Istikharah. Pada dasarnya Shalat Rebo Wekasan tidak ditemukan temukan adanya Hadits yang menerangkan shalat Rebo Wekasan. Dalam Islam berbagai shalat baik wajib maupun sunnah telah disebutkan dalam Hadits Nabi saw secara lengkap yang termuat dalam berbagai kitab Hadits, namun shalat Rebo Wekasan tidak ditemukan. Ada dua makna yang terselubung dalam perayaan rebo wekasan bagi masyarakat muslim, kedua makna tersebut adalah makna yang sangat sakral dan makna ketenangan. Pelaksanaan sholat sunat Lidaf'il Bala diambil dari keterangan yang tercantum dalam kitab al-Jawahir al-Khomsi halaman 51-52.dilaksanakan pada pagi hari Rabu terakhir bulan Shofar, sebanyak 4 rakaat 2 kali salam.


DAFTAR PUSTAKA
Buku
Nama. Tahun. Judul. Tempat : Penerbit.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka: 1995)
Internet
Nama. Tahun. Judul. Alamat url. Diunduh.
Santri TQN. 2012. Tata cara Sholat Rebo Wekasan. http://www.dokumenpemudatqn.com/2012/12/tata-cara-pelaksanaan-sholat-sunat.html?m=1. Diunduh pada 29 Oktober 2016.
Nur Mulyadi. 2012. Mengupas arti Rebo Wekasan. http://aminsetawanfa.blogspot.co.id/2012/01/mengupas-arti-rebo-wekasan-hari-rabo.html?m=1. Diunduh pada 29 Oktober 2016.
Wawancara
Nama (Tahun) via…… sebagai…….. pada (tanggal)
Neni (44 tahun) via wawancara langsung sebagai warga Kelurahan Rangkasbitung Barat pada tanggal 29 Oktober 2016.

Sumber Belajar



Sumber Belajar
Yang dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk memepelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Dalam proses penususnan perencanaan program pembelajaran, guru perlu menetapkan sumber apa yang dapat digunakan oleh siswa agar mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dalam pengajaran tradisional, guru hanya sering menetapkan buku sebagai sumber belajar. Itu pun biasanya terbatas hanya dari salah satu buku tertentu saja. Dalam proses pembelajaran yang dianggap modern sesuai tuntutan standar proses pendidikan dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi, maka sebaiknya guru memanfaatkan sumber-sumber lain selain buku. Hal ini penting, sebab penguasaan salah satu sumber tertentu saja, akan membuat pengetahuan siswa terbatas dari suatu sumber yang ditetapkan itu.
Beberapa sumber belajar yang bisa dimanfaatkan oleh guru khususnya dalam setting proses pembelajaran di dalam kelas diantaranya adalah:
a.      Manusia sumber
Manusia merupakan sumber utama dalam proses pembelajaran. Dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran, guru dapat memanfaatkannya dalam setting proses belajar mengajar. Misalkan untuk mempelajari undang-undang lalu lintas, guru bisa menggunakan polisi lalu lintas sebagai sumber belajar utama siswa. Demikian juga untuk mempelajari topik-topik yang berhubungan dengan kesehatan, guru dapat memanfaatkan tenaga medis seperti dokter atau perawat kesehatan.
Memang pemanfaatan manusia sebagai sumber belajar oleh guru khususnya dalam setting prose belajar mengajar di dalam kelas, masih belum memasyarakat. Selama ini penggunakan manusia sumber baru digunakan di luar kelas, itupun masih sangat terbatas. Akan tetapi dalam proses pendidikan modern, hal ini perlu dicoba. Sebab, penggunaan manusia sumber secara langsung akan menambah motivasi belajar serta akan menambah wawasan yang luas, disamping dapat menghindari terjadinya salah persepsi.
b.      Alat dan bahan pengajaran
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu guru; sedangkan bahan pengajaran adalah segala sesuatu yang mengandung pesan yang akan disampaikan kepada siswa. Alat dan bahan biasanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Yang menjadi bahan pelajaran di antaranya, adalah buku-buku, majalah, koran, dan bahan cetak lainnya, transparansi yang berisi pesan yang akan disampaikan, film slide, foto, gambar, dan lain sebagainya. Sedangkan yang termasuk pada alat adalah seperti overhead projector (OHP) atau alat pewayang pandang (OHP) untuk memproyeksikan transparansi, slide proyektor untuk menayangkan film, slide, tape, video player memutar kaset audio dan kaset video dan lain sebagainya.
c.       Berbagai aktivitas dan kegiatan
Yang dimaksud aktivitas adalah segala perbuatan yang sengaja dirancang oleh guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa seperti kegiatan diskusi, demonstrasi, simulasi, melakukan percobaan, dan lain sebagainya.
d.      Lingkungan atau setting
Adalah segala sesuatu yang dapat memungkinkan siswa belajar. Misalnya, gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, taman, kantin sekolah, dan lain sebagainya.
Sumber: Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Prinsip-prinsip Penggunaan Media Pembelajaran



Prinsip-prinsip Penggunaan Media Pembelajaran
Prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pada setiap kegiatan belajar mengajar adalah bahwa media digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam upaya memahami materi pelajaran. Dengan demikian, penggunaan media harus dipandang dari sudut kebutuhan siswa. Hal ini perlu ditekankan sebab sering media dipersiapkan hanya dilihat dari sudut kepentingan guru. Contohnya, oleh karena guru kurang menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, maka guru mempersiapkan media OHT, dan oleh sebab OHT digunakan untuk kepentingan guru, maka transparansi tidak didesain dengan menggunakan prinsip-prinsip media pembelajaran, melainkan seluruh pesan yang ingin disampaikan dituliskan pada transparan hingga mnyerupai koran.
Kejadian lain yang sering terjadi adalah ketika guru menggunakan media film atau melakukan karyawisata. Oleh karena media digunakan tidak diarahkan untuk mempermudah belajar, maka baik film maupun karyawisata sering hanya dijadikan sebagai media hiburan saja.
Agar media pembelajaran benar-benar digunakan untuk membelajarkan siswa, maka ada sejumlah prinsip yang harus diperhatkan, diantaranya:
a.      Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau tidak semata-mata dimanfaatkan untuk memeprmudah guru menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar untuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
b.      Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran. Setiap materi pelajaran memiliki kekhasan dan kekompleksan. Media yang akan harus sesuai dengan kompleksitas materi pembelajaran. Contohnya untuk membelajarkan siswa memahami pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia, maka guru perlu mempersiapkan semacam garfik yang mencerminkan pertumbuhan itu.
c.       Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa. Siswa yang memiliki kemamuan mendengar digunakan media yang bersifat auditif. Demikian juga sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan penglihatan yang kurang, akan sulit menagkan bahan pemeblajaran yang disajikan melalui media visual. Setiap siswa memiliki kemampuan dan gaya yang berbeda. Guru perlu memerhatikan setiap kemampuan dan gaya tersebut.
d.      Media yang akan digunakan harus memerhatikan efektivitas dan efesien. Media yang memerlukan peralatan yang mahal belum tentu efektif untuk mencapai tujuan tertentu. demikian juga media yang sangat sederhana belum tentu tidak memiliki nilai. Setiap media yang dirancang guru perlu memerhatikan efektivitas penggunaannya.
e.      Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya. Sering media yang kompleks terutama media-media mutakhir seperti media komputer, LCD, dan media elektronik lainnya memerlukan kemampuan khusus dalam mengoperasikannya. Media secanggih apa pun tidak akan bisa menolong tanpa kemampuan teknis mengoperasikannya. Oleh karena itulah sebaliknya guru mempelajari dahulu bagaimana mengoperasikan dan memanfaatkan sedia yang akan digunakan. Hal ini perlu ditekankan, sebab sering guru melakukan kesalahan-kesalahan yang prinsip dalam menggunakan media pembelajaran yang pada akhirnya penggunaan media bukan menambah kemudahan siswa belajar, malah sebaliknya mempersulit siswa belajar.
Sumber: Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.