Essay Fenomena
lingkungan berkaitan dengan teori
“KOPING
STRESS”
oleh: Ukhti Rusniawati
Menurut Lazarus (1976) stres adalah suatu keadaan psikologis
individu yang disebabkan karena individu dihadapkan pada situasi internal dan
eksternal. Stres dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan
tegang. Dalam bahasa sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon
yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian. Menurut Lazarus & Folkman
(1986) stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik
dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Stres juga adalah suatu k eadaan
tertekan, baik secara fisik maupun psikologis
( Chapplin, 1999).
Stress juga dibutuhkan dalam
kehidupan ini, jika seseorang tidak pernah mengalami stress hidupnya akan
hampa, tidak ada yang namanya tantangan. Stress tidak berarti negatif
(distress), stress pun ada yang bersifat positif (uestress) untuk
menyeimbangkan proses kehidupan kita.
Stress merupakan gangguan yang berupa fisik maupun fisik
yang disebabkan oleh tidak mampunya individu menghadapi berbagai tuntutan
terhadap dirinya. Misalnya seperti seorang pelajar yang mempunyai banyak tugas
sementara ia juga disibukkan dengan organisasinya. Ketidak mampuan nya membagi
waktu untuk memilih mana yang harus didahulukan apakah tugas sekolah atau
organisasi membuatnya stress memikirkan kedua hal yang sama pentingnya.
Stress juga diperlukan dalam kehidupan, pasalnya jika hidup
datar-datar saja tanpa ada tantangan, hidup akan terasa hambar. Banyak faktor
yang dapat menimbulkan stress, contohnya seperti stress karena pekerjaan,
stress dengan keadaan rumah. Stress memang sah-sah saja dalam kehidupan seorang
individu, tergantung pada bagaimana cara individu itu meluapkan rasa stress
nya. Jika cara nya meluapkan stress itu positif maka positiflah stress itu,
tapi jika individu meluapkan stress nya dengan cara yang negative maka negative
lah hasilnya.
Menurut Hans Selye, ahli
endokrinologi terkenal di awal 1930 tidak semua jenis stres bersifat merugikan.
Diantaranya adalah:
1. Local Adaptation Stres (LAS)
Adalah ketika tubuh menghasilkan
banyak respon setempat terhadap stres. Respon setempat ini contohnya seperti
pembekuan darah, penyembuhan luka, akomodasi cahaya, dan masih banyak lagi.
Responnya berlangsung dalam jangka yang sangat pendek.
2. General Adaptation Syndrome (GAS)
adalah
istilah penting dari Hans Selye yang ditemukan saat membahas tentang stress. Menurutnya
ketika organisme berhadapan dengan stressor, dia akan mendorong dirinya sendiri
untuk melakukan tindakan. Usaha ini diatur oleh kelenjar adrenal yang menaikkan
aktivitas sistem syaraf simpatetik.
GAS terdiri dalam tiga fase :
a. Alarm reaction (reaksi peringatan)
pada fase ini tubuh dapat mengatasi stressor dengan baik.
Apabila ada rasa takut atau cemas atau khawatir tubuh akan
mengeluarkan adrenalin, yaitu hormon yang mempercepat katabolisme untuk
menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi bahaya mengacam ditandai dengan
denyut jantung bertambah dan otot berkontraksi.
b. The stage of resistance (reaksi
pertahanan). Reaksi terhadap stressor sudah mencapai atau melebihi tahap
kemampuan tubuh. Pada keadaan ini, mulai timbul gejala-gejala psikis dan
somatis. Respon ini disebut juga coping mechanism. Coping berarti kegiatan
menghadapi masalah, misalnya kecewa diatasi dengan humor.
c. Stage of exhaustion (reaksi
kelelahan). Pada fase ini gejala-gejala psikosomatik tampak dengan jelas.
Gejala psikosomatis antara lain gangguan penceranaan, mual, diare, gatal-gatal,
impotensi, exim, dan berbagai bentuk gangguan lainnya.
Koping
termasuk konsep sentral dalam memahami kesehatan mental. Koping berasal dari
kata coping yang bermakna harfiah pengatasan/penanggulangan (to cope
with = mengatasi, menanggulangi). koping lebih mengarah pada yang
orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang
membangkitkan emosi. Atau dengan kata lain, koping adalah bagaimana reaksi
orang ketika menghadapi stress/tekanan.
Jenis-jenis
koping konstruktif/sehat yaitu diantaranya:
1. Koping konstruktif/merusak
a. Penalaran (Reasoning)
Yaitu penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi
berbagai macam alternatif pemecahan masalah, kemudian memilih salah satu
alternatif yang dianggap paling menguntungkan.
Misalnya
seperti dalam sebuah masalah individu dihadapkan pada dua pilihan dan
mengharuskan individu untuk memilih salah satu alternative pemecahan masalah
yang paling menguntungkan atau yang dianggap dapat mengatasi bahkan memecahkan
masalahnya.
b. Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan
antara komponen-komponen emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun
tingkah laku. Disini individu dihadapkan pada pemecahan masalah yang
mengharuskannya untuk memilih penyelesaian masalah menggunakan emosional atau
pemikiran secara logis.
c. Konsentrasi
Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari
pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang
sedang dihadapi. Individu diharuskan untuk memusatkan fikirannya atau
memfokuskan segala fikirannya pada masalah yang sedang ia hadapi.
d. Humor
Kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang
sedang dihadapi, sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas,
terang dan tidak dirasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor.
Masalah yang sedang dihadapi tidak terasa berat, akan lebih
santai dan rilex dalam menghadapi setiap masalah jika dihadapi dengan humor.
Karena sedikit humor dapat sedikit menghilangkan beban fikiran namun tak dapat
menyelelesaikan masalah.
e. Supresi
kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap
situasi yang ada sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan
memberikan reaksi yang lebih konstruktif.
f. Toleransi
terhadap Kedwiartian atau Ambiguitas
Yaitu kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam
kehidupan yang bersifat tidak jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang
bagi ketidak jelasan tersebut.
g. Empati
Yaitu kemampuan untuk melihat
sesuatu dari pandangan orang lain. Empati juga mencakup kemampuan untuk
menghayati dan merasakan apa yang dihayati dan dirasakan oleh orang lain.
2. Koping Positif (sehat)
a. Antisipasi
Ketika individu berhadapan dengan
konflik-konflik emosional atau pemicu stres baik dari dalam maupun dari luar,
dia mampu mengantisipasi akibat-akibat dari konflik atau stres tersebut dengan
cara menyediakan alternatif respon atau solusi yang paling sesuai.
Individu mampu mengantisipsi setiap
masalah atau konflik-konflik yang sedang dihadapi dengan menyediakan solusi
yang sesuai dengan masalah yang sdeang dihadapi dengan baik dan tepat.
b. Afiliasi
Afiliasi membantu individu pada saat menghadapi konflik baik
dari dalam dan luar, dia mampu mencari sumber- sumber dari orang lain untuk
mendapatkan dukungan dan pertolongan.
Pemecahan masalah ini dengan cara mencari bantuan dari
orang-orang yang tepat untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi atau
mencari sumber-sumber yang tepat untuk memecahkan masalah.
c. Altruisme
Konflik-konflik yang memicu
timbulnya stres baik dari dalam maupun dari luar diri dialihkan dengan
melakukan pengabdian pada kebutuhan orang lain. Pengalihan masalah dapat dengan
cara membantu kebutuhan orang lain.
d.
Penegasan diri (self assertion)
Individu berhadapan dengan konflik
emosional yang menjadi pemicu stres dengan cara mengekspresikan
perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara la.ngsung tetapi dengan cara
yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.
Individu
yang sedang berhadapan dengan konflik mengekspresikan perasaan-perasaan dan
fikirannya yang memicu stress dengan secara langsung dan positif yang tidak
mengganggu oranglain.
e.
Pengamatan diri (Self
observation)
Individu melakukan pengujian secara
objektif proses-proses kesadaran diri atau mengadakan pengamatan terhadap
tingkah laku, motif, ciri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk mendapatkan
pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin mendalam.
Pengamatan
diri inti sejajar dengan Intropeksi, individu melihat dirinya sendiri, melihat
apa yang salah dengan dirinya. Mengamati sifat dan ciri yang dimilikinya. Dalam
mengatasi masalah individu bisa melihat sifat dan karakternya terlebih dulu
agar dapat menyesuaikan dengan pemecahan masalah yang ia akan lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar