Faktor Pembentuk
(Unsur-unsur) Masyarakat
Secara
umum Seorjono Soekanto (2004:24-25) menjelaskan bahwa masyrakat terdiri atas
beberapa unsur sebagai faktor pembentuk masyarakat, yaitu sebagai berikut:
Manusia Hidup Secara
Bersama
Kehidupan
bersama ditandai dengan hidup secara berkelompok di wilayah atau tempat yang
sama dan bersatu secara saling melindungi dan memelihara agar terjalin dan
terjaga kebersamaan diantara mereka secra permanen. Kebersamaan adalah fitrah
manusia. Eksistensi manusia dapat dibangun serta memiliki kekuatan apabila ada
kesatuan.
Sebagaimana
dijelaskan Hasan Shadily (1993:51-56) bahwa manusia memiliki ciri diantaranya
memiliki hasrat yang berdasarkan naluri (kehendak biologis yang berada di luar
penguasaan akal) untuk mencari teman hidup. Kelemahan manusia selalu mendesak
untuk mencari kekuatan bersama. Aristoteles berpendapat bahwa manusia adalah
zoon politicon, yaitu makhluk sosial yang menyukai hidup bergolongan. Bergerson
berpendapat bahwa manusia hidup bersma bukan karena persamaan, melainkan karea
perbedaan yang terdapat dalam sifat, kedudukan, dan sebagainya.
Bercampur dalam Waktu yang
Cukup Lama
Masyarakat
adalah kumpulan individu manusia yang dapat hidup secara bersama, dan proses
menjadi kesatuan manusia membutuhkan waktu yang cukup lama. Salah satunya
diawali tumbuhnya keluarga. Proses pertumbuhan masyarakat dari
keluarga-keluarga ini tidak sebentar, tetapi membutuhkan waktu dan ruang yang
lama. Diawali dengan keluarga batih (nuclear
family), yaitu kelompok yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anaknya yang
belum memisahkan diri dan membentuk keluarga sendiri.
Lambat
laun, proses keluarga batih semakin besar sehingga terbentuklah keluarga luas (extented family), yaitu keluarga batih
ditambah keluarga lain ( hasil perkawinan anak-anaknya) atau kerabat lain yang
memiliki hubungan erat dan senantiasa dipertahankan. Keluarga luas ini akhirnya
membentuk satuan atau kelompok besar dalam suatu tempat yang membentuk satuan
masyarakat.
Dengan
demikian, masyarakat adalah kumpulan individu manusia yang saling berinteraksi
dan saling membutuhkan serta hidup dalam suatu tempat dengan kurun waktu yang
lama. Hanya, setiap masyarakat tidak memiliki data historis yang utuh yang
merekam sejarah pertumbuhan dan perkembangan mereka sehingga setiap kali
meotret kehidupan masyarakat, terebut, kita sering kehilangan sejarahnya.
Satu Kesatuan
Sebagai
social animal, manusia mempunyai naluri hidup untuk berkawan atau disebut juga
gregariousness (Soerjono Soekanto, 2004:25). Keinginan hidup bersama dan
berkelompok dibangun dalam rangka menjaga kesatuan dan keutuhan diantara
mereka. Untuk keutuhan kelompoknya, manusia senantiasa menghindari pertikaian
atau permusuhan di antara sesama. Bagaimanapun sikap kesadaran menjaga keutuhan
kelompoknya menjadi naluri yang kuat dalam diri manusia, sebagaimana dijelaskan
soerjono Soekanto (2004:25), yaitu keinginan untuk menjai satu dengan sesamanya
atau manusia lain (misalnya masyarakat); dan keinginan untuk menjadi satu
dengan linhkungan alam sekelilingnya.
Sistem Hidup Bersama
Inilah
keunikan sebuah masyarakat. kesadaran akan kesatuan kelompoknya serta untuk
menjaga keutuhan kelompoknya, dibuatlah sebuah sistem hidup bersama. Umumnya
sistem hidup berupa nilai dan norma yang disepakati secara bersama untuk
menjadi patokan bagi perilaku dalam masyarakat. sistem hidup dibangun untuk
mewujudkan berbagai kebutuhan hidup yang harus dipenuhi agar masyarakat dapat
hidup terus.
Sumber:
Adon
Nasrullah Jamaludin.2015. Sosiologi
Perkotaan. Bandung: Pustaka Setia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar