Senin, 17 Oktober 2016

KOTA DAN MASYARAKAT INDUSTRI



KOTA DAN MASYARAKAT INDUSTRI
Industri merupakan salah satu pembangunan yang mengarah pada proses perubahan perekonomian dari yang sebaian besar berupa pedesaan dan pertanian menjadi perkotaan, industri dan jasa-jasa dalam kompetisinya. Pembangunan ekonomi ini padaakhirnya akan menyebabakan terjadinya transformasi struktural, yaitu proses pergeseran pertumbuhan sektor sektor produksi dari yang semula mengandalkan sektor primer (industri) kemudian sektor jasa. Industrialisasi dianggap mampu meningkatkan kemakmuran suatu negara secara lebih cepat dibandingkan dengan strategi lain.
Perubanhan sosial menuju masyarakat industri merupakan sesuatu yang tidak bisa terelakaka. Proses industrialisasi ini tidak hanya berlaku di kota-kota besar, tetapi juga untuk kota-kota kecil yang ada di Indonesia. Industrialisasi, seperti yang dikatakan Gunnar Myrdal, yang diwujudkan dengan pendirian pabrik-pabrik besar dan modern, dianggap sebagai simbol dari kemajuan.
Industrialisasi: Proses Menjadi Masyarakat Industri
Proses industrialisasi yang terjadi di perkotaan mengakibatkan kota kebanjiran imigran dari desa dan segala aspeknya. Perbedaan budaya antara desa dan kota mengakibatkan terjadinya akulturasi dan asimilasi budaya. Dalam konteks industrialisasi, hubungan desa dan kota bukan lagi hubungan adminstatif an sich, melainkan sebagia transformasi budaya dan sosial.
Laporan penelitian UNESCO (1959) tentang desa-kota di Asia yang mengalami proses industrialisasi dan urbanisasi menggambarkan beberapa kota di Asia dan Timur jauh bertentangan dengan kota-kota yang ada di Barat. Kota-kota itu masih memiliki ciri-ciri pedesaan yang kental atau kebiasaan pengelompokan desa-desa. Artinya, walaupun terjadi proses urbanisasi, industrialisasi dan perkembangan ekonomi berkaitan serta kota-kota masyarakat tradisional memainkan peran dalam memodernkan struktur sosial dan ekonimi, tetapi sistem-sistem budaya, sikap individu dan tadisi tidak hancur secara keseluruhan.
Pengertian Industri dan Industrialisasi
Dalam pengertian luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan di bidang ekonomi yang bersifat produktif. Adapun pengertian secara sempit, industri atau industri pengolahan adalah kegiatan yang mengubah barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, dalam hal ini termasuk kegiatan jasa industri dan pekerja perakitan (assembling).
Proses industrialisasi dapat didefinisikan sebagai proses perubahan struktur ekonomi yang didalamnya terdapat keneikan kostribusi sektor industri dalam permintaan konsumen, PDB, ekspor, dan kesempatan kerja. Industrialisasi bertujuan meningkatkan nilai tambah seluruh sektor ekonomi dengan sektor industri pengolahan sebagai leanding sektor.
Semnjak pembangunan ekonomi dimulai secara terencana sejak 1969, pendekatan yang digunakan Indonesia adalah strategi industrialisasi. Ada dua pertimbangan penting yang melandasi penggunaan strategi industrialisasi. Pertama, pada tahun-tahun tersebut, negara-negara di seluruh dunia juga mngerjakan proyek industrialisasi di negara masig-masing dengan dukungan teori pembangunan ekonomi yang memadai. Kedua, sejarah negara yang telah berhasil memejukan ekonominya selalu melewati tahapan industrialiasi pada proses pembangunannya.sejarah mencatat bahwa industrialiasi di Indonesia pada akhirnya juga menggeser aktivitas ekonomi masyarakat, dari yang semula bertumpu pada sektor pertanian kemudian bersandar pada sektor industri.
Konsep Industrialisasi
Pada dekade 1980-an, pandangan mengenai pemaknaan industrialisasi di atas mendapat kritik dari Joan Robinsos (ekonom dari cambidge University), Cohen dan Zysman (ekonom dari California University). Ketiganya mengemukakan argumentasi bahwa transformasi ekonomi hendak dipahami dan diinterpretasikan bukan hanya dalam konteks pergeseran struktural dari sektor pertanian pada sektor manufaktur kemudian sektor jasa.
Pandangan terakhir ini sangat cocok dan memadai untuk melihat kasus Indonesia mengingat karakteristik sektor basis yang dimiliki, yaitu sektor pertanian, industrialisasi yang dijalankan harus distimulus dan didasarkan pada sektor tersebut sehingga tidak akan mengganggu kondisi ketenagakerjaan.
Berdasarkan pandangan semacam itu, transformasi ekonomi dapat dikarakteristikkan dalam dua hal. Pertama, sektor pertanianharus terus mengalami dinamika internal (berupa produktivitas yang terus meningkat) dan menjadi basis bagi sektor industri yang akan dikembangkan. Kedua, sektor industri yang dikembangkan memepunyai keterkaitan dengan sektor pertanian.
Dalam model konvensional tersebut, karakteristik individualisasi umumnya diukur dengan lima indikator. Pertama, pertumbuhan ekonomi meningkat melebihi pertumbuhan penduduk. Kedua, share sektor primer menuru. Ketiga, share sektor sekunder meningkat. Keempat, share sektor jasa lebih kurang konstan sehingga sebuah megara menjadi negra industr baru. Kelima, konsumsi pangan menurun. Implikasinya pada sisi produksi peran sektor primer berkrang dan di sudut permintaan peran faktor konsumsi berkurang.
Industrialiasi di Indonesia
Menurut departemen perindustrian, industri nasional Indonesia dikelompokan menjadi tiga kelompok besar tersebut:
a.       Industri dasar yang meliputi kelompok industri mesin dan logam dasar (IMLD) dan kelompok kimia dasar (IKD).
b.      Industri kecil yang meliputi industri pangan, industri sandang dan kulit, industri kima dan bahan bangunan, industri galian bukan logam dan industri logam.
c.       Industri hilir, yaitu kelompok Aneka Industri (AI).
Adapaun menurut Biro Pusat Statistik (BPS), berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan, industri dibendakan menjadi empat yaitu:
a.       Perusahan/industri besar jika memperkerjakan 100 orang atau lebih
b.      Perusahaan/industri sedang jika memperkerjakan 20-99 orang
c.       Perusahann/indistri kecil jika memperkerjakan 5-19 orang
d.      Industri kerajinan rumah tangga jika mempekerjakan kurang dari 3 orang (termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar).
Dalam operasionalisasi yanh paling tampak, ada tiga pemikiran strategi industrialisasi yang berkembang di Indosnesia yang ketiganya pernah diaplikasikan secara tersendiri ataupun bersama-sama. Pertama, strategi industrialisasi yang mengembangkan industri-industri yang berspektrum luas (broad-based industry). Kedua, startegi industrialisasi yang mengutamakan industri-industri yang berteknologi canggih berbasis import (hi-tech industry) , seperti pesawat terbang, industri peralatan dan dan senjata militer, industri kapal, dan lain-lain. kegita, industri hasil pertanian (agroindustri) berbasis dalam negeri dan merupakan kelanjutan pembangunan pertanian.
Struktur Ekonomi Indonesia
Struktur ekonomi digunakan untuk menunjukkan komposisi atau susunan sektor-sektor ekonomi dalam suatu perekonomian. Ada dua macam struktur ekonomi, yaitu sebagai berikut:
a.       Struktur agraris, yaitu struktur ekonomi didominasi oleh sektor pertanian
b.      Industri, yaitu struktur ekonomi didominasi oleh sektor industri.
Perubahan Sosial Masyarakat Agraris (Desa) ke Industri (Kota)
Perubahan masyarakat tradisional (agraris) ke masyarakat industri (modern) akibat dari derasnya proses modernisasi dengan berbagai nilai dan teknologi yang ditawarkan. Modernisasi dianggap sebagai proses transportasi nilai. Artinya untuk mencapai status modern, struktur dan nilai-nilai tradisional secara total harus diganti dengan seperangkat struktur dan nilai-nilai modern. Akhirnya, struktur masyarakat agraris yang memiliki nilai-nilai sosial seperti gotong royong yang sangat kuat telah berubah.
Nilai gememinschaft antartenaga kerja dalam kehidupan pertanian tradisonal berubah menjadi gesselschaft. Hubungan antara pemilik dan pekerja (atasan dan bawahan) yang semula bersifat kekeluargaan (ataupun patron-clien) berubah menjadi utilitarian komersial (nilai kebermanfataan atau keguanaan).
Dalam perubahan sosial, terdapat dampak positifnnya terutama pada perkembangan tingkat pertumbuhan pendapatan masyarakat pedesaan yang terkait dengan perubahan pola mata pencaharian (kesempatan kerja dan kesempatan berusaha). Dampak negatifnya dalah adanya pencemaran lingkungna (terutama air limbah yang mengaliri lahan pertanian seingga hasil pertania menjadi kurang baik), meningkatnya kecemburuan sosial (masyarakat desa yang semula hidup apa adanya, kemudian berubah memiliki penghasilan yang akhirnya menimbulkan persaingan), munculnya kesenjangan masyarakat desa-kota (khususnya persaingan memperoleh kesempatan kerja dan perdapatan karena perbedaan produktivitas pertanian dan nonpertaian akibat makin terbatasnya lahan usaha tani, tingkat pendidikan dan keterampilan).
Disamping perubahan seperti halnya di atas, perubahan juga terjadi pada pola prilaku ekonomi, pola pikir serta gaya hidup masyarakat. Bahkan berubahnya tingkat pendapatan juga berpengaruh pada pandangan masyarkat tentang meninvestasikan pendapatan yang diperolehnya. Begitu pun dengan pola pikir masyarakat yang mulai mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi dari pergaulan atau interaksi dengan dunia luar (kawsan pabrik dan lainnya). Semakin majunya tingkat pendidikan, semakin terspesialisasinya bidang pekerjaan dan karier, artinya da kebutuhan antuk keahlian khusus membuat masyarakat mengikuti kursus ataupun pelatihan. Perubahan lainnya dalam hal berpakaian yang menjadi gaya hidup mereka adalah yang bermerk, terkenal, gaya dan modis.
Sumber:
Adon Nasrullah Jamaludin.2015. soiologi Perkotaan. Bandung: Pustaka Setia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar