KOTA
DAN MASYARAKAT INDUSTRI
Industri merupakan
salah satu pembangunan yang mengarah pada proses perubahan perekonomian dari
yang sebaian besar berupa pedesaan dan pertanian menjadi perkotaan, industri
dan jasa-jasa dalam kompetisinya. Pembangunan ekonomi ini padaakhirnya akan
menyebabakan terjadinya transformasi struktural, yaitu proses pergeseran
pertumbuhan sektor sektor produksi dari yang semula mengandalkan sektor primer
(industri) kemudian sektor jasa. Industrialisasi dianggap mampu meningkatkan kemakmuran
suatu negara secara lebih cepat dibandingkan dengan strategi lain.
Perubanhan sosial
menuju masyarakat industri merupakan sesuatu yang tidak bisa terelakaka. Proses
industrialisasi ini tidak hanya berlaku di kota-kota besar, tetapi juga untuk
kota-kota kecil yang ada di Indonesia. Industrialisasi, seperti yang dikatakan
Gunnar Myrdal, yang diwujudkan dengan pendirian pabrik-pabrik besar dan modern,
dianggap sebagai simbol dari kemajuan.
Industrialisasi:
Proses Menjadi Masyarakat Industri
Proses industrialisasi
yang terjadi di perkotaan mengakibatkan kota kebanjiran imigran dari desa dan
segala aspeknya. Perbedaan budaya antara desa dan kota mengakibatkan terjadinya
akulturasi dan asimilasi budaya. Dalam konteks industrialisasi, hubungan desa
dan kota bukan lagi hubungan adminstatif an
sich, melainkan sebagia transformasi budaya dan sosial.
Laporan penelitian
UNESCO (1959) tentang desa-kota di Asia yang mengalami proses industrialisasi
dan urbanisasi menggambarkan beberapa kota di Asia dan Timur jauh bertentangan
dengan kota-kota yang ada di Barat. Kota-kota itu masih memiliki ciri-ciri
pedesaan yang kental atau kebiasaan pengelompokan desa-desa. Artinya, walaupun
terjadi proses urbanisasi, industrialisasi dan perkembangan ekonomi berkaitan
serta kota-kota masyarakat tradisional memainkan peran dalam memodernkan
struktur sosial dan ekonimi, tetapi sistem-sistem budaya, sikap individu dan
tadisi tidak hancur secara keseluruhan.
Pengertian
Industri dan Industrialisasi
Dalam pengertian luas,
industri mencakup semua usaha dan kegiatan di bidang ekonomi yang bersifat
produktif. Adapun pengertian secara sempit, industri atau industri pengolahan
adalah kegiatan yang mengubah barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan
tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, dalam hal ini
termasuk kegiatan jasa industri dan pekerja perakitan (assembling).
Proses industrialisasi
dapat didefinisikan sebagai proses perubahan struktur ekonomi yang didalamnya
terdapat keneikan kostribusi sektor industri dalam permintaan konsumen, PDB,
ekspor, dan kesempatan kerja. Industrialisasi bertujuan meningkatkan nilai
tambah seluruh sektor ekonomi dengan sektor industri pengolahan sebagai leanding sektor.
Semnjak pembangunan
ekonomi dimulai secara terencana sejak 1969, pendekatan yang digunakan
Indonesia adalah strategi industrialisasi. Ada dua pertimbangan penting yang
melandasi penggunaan strategi industrialisasi. Pertama, pada tahun-tahun
tersebut, negara-negara di seluruh dunia juga mngerjakan proyek industrialisasi
di negara masig-masing dengan dukungan teori pembangunan ekonomi yang memadai.
Kedua, sejarah negara yang telah berhasil memejukan ekonominya selalu melewati
tahapan industrialiasi pada proses pembangunannya.sejarah mencatat bahwa
industrialiasi di Indonesia pada akhirnya juga menggeser aktivitas ekonomi
masyarakat, dari yang semula bertumpu pada sektor pertanian kemudian bersandar
pada sektor industri.
Konsep
Industrialisasi
Pada dekade 1980-an,
pandangan mengenai pemaknaan industrialisasi di atas mendapat kritik dari Joan
Robinsos (ekonom dari cambidge University), Cohen dan Zysman (ekonom dari
California University). Ketiganya mengemukakan argumentasi bahwa transformasi
ekonomi hendak dipahami dan diinterpretasikan bukan hanya dalam konteks
pergeseran struktural dari sektor pertanian pada sektor manufaktur kemudian
sektor jasa.
Pandangan terakhir ini
sangat cocok dan memadai untuk melihat kasus Indonesia mengingat karakteristik
sektor basis yang dimiliki, yaitu sektor pertanian, industrialisasi yang dijalankan
harus distimulus dan didasarkan pada sektor tersebut sehingga tidak akan
mengganggu kondisi ketenagakerjaan.
Berdasarkan pandangan
semacam itu, transformasi ekonomi dapat dikarakteristikkan dalam dua hal.
Pertama, sektor pertanianharus terus mengalami dinamika internal (berupa
produktivitas yang terus meningkat) dan menjadi basis bagi sektor industri yang
akan dikembangkan. Kedua, sektor industri yang dikembangkan memepunyai
keterkaitan dengan sektor pertanian.
Dalam model
konvensional tersebut, karakteristik individualisasi umumnya diukur dengan lima
indikator. Pertama, pertumbuhan ekonomi meningkat melebihi pertumbuhan
penduduk. Kedua, share sektor primer
menuru. Ketiga, share sektor sekunder
meningkat. Keempat, share sektor jasa
lebih kurang konstan sehingga sebuah megara menjadi negra industr baru. Kelima,
konsumsi pangan menurun. Implikasinya pada sisi produksi peran sektor primer
berkrang dan di sudut permintaan peran faktor konsumsi berkurang.
Industrialiasi
di Indonesia
Menurut departemen
perindustrian, industri nasional Indonesia dikelompokan menjadi tiga kelompok
besar tersebut:
a.
Industri dasar yang meliputi kelompok
industri mesin dan logam dasar (IMLD) dan kelompok kimia dasar (IKD).
b.
Industri kecil yang meliputi industri
pangan, industri sandang dan kulit, industri kima dan bahan bangunan, industri
galian bukan logam dan industri logam.
c.
Industri hilir, yaitu kelompok Aneka
Industri (AI).
Adapaun menurut Biro
Pusat Statistik (BPS), berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan,
industri dibendakan menjadi empat yaitu:
a.
Perusahan/industri besar jika
memperkerjakan 100 orang atau lebih
b.
Perusahaan/industri sedang jika
memperkerjakan 20-99 orang
c.
Perusahann/indistri kecil jika
memperkerjakan 5-19 orang
d.
Industri kerajinan rumah tangga jika mempekerjakan
kurang dari 3 orang (termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar).
Dalam operasionalisasi
yanh paling tampak, ada tiga pemikiran strategi industrialisasi yang berkembang
di Indosnesia yang ketiganya pernah diaplikasikan secara tersendiri ataupun
bersama-sama. Pertama, strategi industrialisasi yang mengembangkan
industri-industri yang berspektrum luas (broad-based
industry). Kedua, startegi industrialisasi yang mengutamakan
industri-industri yang berteknologi canggih berbasis import (hi-tech industry) , seperti pesawat
terbang, industri peralatan dan dan senjata militer, industri kapal, dan
lain-lain. kegita, industri hasil pertanian (agroindustri) berbasis dalam
negeri dan merupakan kelanjutan pembangunan pertanian.
Struktur
Ekonomi Indonesia
Struktur ekonomi
digunakan untuk menunjukkan komposisi atau susunan sektor-sektor ekonomi dalam
suatu perekonomian. Ada dua macam struktur ekonomi, yaitu sebagai berikut:
a.
Struktur agraris, yaitu struktur ekonomi
didominasi oleh sektor pertanian
b.
Industri, yaitu struktur ekonomi
didominasi oleh sektor industri.
Perubahan
Sosial Masyarakat Agraris (Desa) ke Industri (Kota)
Perubahan masyarakat
tradisional (agraris) ke masyarakat industri (modern) akibat dari derasnya
proses modernisasi dengan berbagai nilai dan teknologi yang ditawarkan.
Modernisasi dianggap sebagai proses transportasi nilai. Artinya untuk mencapai
status modern, struktur dan nilai-nilai tradisional secara total harus diganti
dengan seperangkat struktur dan nilai-nilai modern. Akhirnya, struktur
masyarakat agraris yang memiliki nilai-nilai sosial seperti gotong royong yang
sangat kuat telah berubah.
Nilai gememinschaft antartenaga kerja dalam
kehidupan pertanian tradisonal berubah menjadi gesselschaft. Hubungan antara pemilik dan pekerja (atasan dan
bawahan) yang semula bersifat kekeluargaan (ataupun patron-clien) berubah menjadi utilitarian
komersial (nilai kebermanfataan atau keguanaan).
Dalam perubahan sosial,
terdapat dampak positifnnya terutama pada perkembangan tingkat pertumbuhan
pendapatan masyarakat pedesaan yang terkait dengan perubahan pola mata
pencaharian (kesempatan kerja dan kesempatan berusaha). Dampak negatifnya dalah
adanya pencemaran lingkungna (terutama air limbah yang mengaliri lahan
pertanian seingga hasil pertania menjadi kurang baik), meningkatnya kecemburuan
sosial (masyarakat desa yang semula hidup apa adanya, kemudian berubah memiliki
penghasilan yang akhirnya menimbulkan persaingan), munculnya kesenjangan
masyarakat desa-kota (khususnya persaingan memperoleh kesempatan kerja dan
perdapatan karena perbedaan produktivitas pertanian dan nonpertaian akibat
makin terbatasnya lahan usaha tani, tingkat pendidikan dan keterampilan).
Disamping perubahan
seperti halnya di atas, perubahan juga terjadi pada pola prilaku ekonomi, pola
pikir serta gaya hidup masyarakat. Bahkan berubahnya tingkat pendapatan juga
berpengaruh pada pandangan masyarkat tentang meninvestasikan pendapatan yang
diperolehnya. Begitu pun dengan pola pikir masyarakat yang mulai mengenal ilmu
pengetahuan dan teknologi dari pergaulan atau interaksi dengan dunia luar
(kawsan pabrik dan lainnya). Semakin majunya tingkat pendidikan, semakin
terspesialisasinya bidang pekerjaan dan karier, artinya da kebutuhan antuk
keahlian khusus membuat masyarakat mengikuti kursus ataupun pelatihan.
Perubahan lainnya dalam hal berpakaian yang menjadi gaya hidup mereka adalah
yang bermerk, terkenal, gaya dan modis.
Sumber:
Adon
Nasrullah Jamaludin.2015. soiologi
Perkotaan. Bandung: Pustaka Setia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar