Bisa atau Tidak Masyarakat Hidup Tanpa Struktur
Sosial?
Struktur sosial diartikan sebagai
susunan terhadap sesuatu yang memilki bagian-bagian atau unsur-unsur dan
membentuk suatu susunan. Struktur sosial selalu identik dengan lembaga sosial,
bangunan sosial dan lembaga kemasyarakatan. Adapun kata struktur sosial berasal
dari bahasa Latin, structum yang berarti menyusun, membangun untuk sebuah
gedung dan lebih umun dipakai istilah konstruksi yang berarti rangka.
Suatu
struktur sosial mencakup susunan status dan peran yang terdapat di dalam satuan
sosial, ditambah nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur interkasi
antarstatus dan peran sosial. Di dalam struktur, terdapat unsur-unsur sosial
yang pokok, seperti kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial,
kelompok-kelompok sosial dan lapisan-lapisan sosial.
Pada
dasarnya struktur sosial berfungsi sebagai penegas identitas yang dimilki oleh
sebuah kelompok. Kelompok yang anggotanya memilki kesamaan dalam latar belakang
ras, sosial dan budaya akan mengembangkan struktur sosialnya sendiri sebagai
pembeda dengan kelompok sosial lainnya. Fungsi struktur sosial yang lainnya
adalah sebagai kontol terhadap pelanggaran norma, nilai, atau peraturan lain
yang berlaku dalam masyarakat, juga sebagai pembelajaran mengenai sikap,
kebiasaan, kepercayaan dan kediplinan.
Namun
pada kenyataannya, struktur sosial menimbulkan masalah-masalah sosial yang
berkesinambungan. Struktur sosioal dijadikan sebagai sarana untuk memperoleh
kekuasaan yang sebesar-besarnya. Orang-orang berlomba-lomba untuk mendapat
kekuasaan dan menghalalkan segala cara agar mendapatkan kekuasaan tersebut.
Setelah mendapatkan kekuasaan tersebut, orang akan merasa bahwa dirinya atau
kelompoknya lah yang paling hebat dan memandang rendah kelompok sosial lainnya.
Memang benar, jika struktur sosial dapat
memicu seseorang atau kelompok sosial untuk berkompetisi agar meningkatkan
status sosialnya. Tapi jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, struktur
sosial dapat mengakibatkan perpecahan karena antar kelompok sosial saling
bertikai dan berseteru untuk mendapatkan penghargaan sebagai kelompok yang
paling berkuasa. Akibat buruk tentu akan dirasakan oleh kaum atau golongan
minoritas yang akan terasingkan karena tidak mampu berkompetisi melawan
kelompok-kelompok sosial yang besar dalam memperebutkan kekuasan.
Unsur
dasar dalam struktur sosial adalah status sosial, dimana status sosial
merupakan kedudukan seseorang dalam kelompok masyarakat. Status sosial akan
menimbulkan kecemburuan sosial dari yang memiliki status lemah dalam sebuah
kelompok sosial kepada yang memilki status yang kuat atau yang berkuasa dalam
kelompok sosial. Status sosial inilah yang akan menimbulkan kesenjangan sosial
dalam sebuah lembaga atau kelompok sosial. Karena yang memilki kekuasaan yang
besarlah yang akan di anggap atau di dengar suaranya, sementara yang tidak
memilki kedudukan hanya akan menjadi pendengar dan pelaksana dari suara yang
diberikan si penguasa.
Struktur
sosial secara langsung maupun tidak langsung telah memecah belah kehidupan
manusia dan menggolongkan manusia kedalam suatu kriteria tertentu. Seperti
stratifikasi dan diferensiasi, manusia digolongkan berdasarkan
tingkatan-tingkatan tertentu baik berdasarkan kedudukan, kepemilkikan ekonomi,
politik, status dalam masyarakat, maupun dalam ciri fisik.
Stratifikasi
sosial telah membedakan masyarakat kedalam kelas-kelas sosial secara vertikal,
yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang paling tinggi
sampai yang paling rendah. Dasar dan inti sistem stratifikasi sosial adalah
adanya ketidak ketidakseimbangan pembagian hak dan kewajiban, serta tanggunng
jawab individu maupun kelompok dalam suatu sistem sosial. Stratifikasi sosial
akan selalu ada dalam masyarakat selama di dalam masyarakat terdapat sesuatu
yang dihargai. Adapun ukuran yang dipakai untuk menggolongkan anggota
masyarakat dalam suatu pelapisan sosial adalah ukuran kekayaan, kekuasaan,
kehormatan, dan ilmu pengetahuan atau pendidikan.
Dalam
difensiasi sosial, unsur pembedanya adalah ras, suku bangsa, agama dan gender.
Meskipun dalam diferensiasi sosial tidak menunjukan adanya tingkatan secara
vertikal, tetap saja manusia telah dikelompokan berdasarkan kriteria dan ciri
fisik tertentu. Mengklasifikasikan seseorang kedalam suatu kelompok tertentu
akan menimbulkan disintergasi sosial. Tidak ada persatuan diantara warga
negara, yang ada hanya sikap mementingkan kelompok sosialnya (primordialisme).
Idealnya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara tidak ada pelapisan
peran, tingkatan dan status sosial tertentu. Kehidupan akan damai jika semua
manusia berada di posisi yang sama dan tidak ada perbedaan yang dapat
mendiskriminasi kelompok atau segelintir orang yang tersisihkan karena tidak
mempunya peran dan kedudukan dalam masyarakat.
Tanpa struktur sosial, manusia akan
tetap hidup damai dan sejahtera karena tidak akan ada lagi orang yang
berlomba-lomba memperebutkan kekuasaan, menghalalkan segala cara agar
mendapatkan kedudukan dan tidak ada lagi orang yang menderita karena
kesenjangan sosial, perbedaan status dan kemiskinan yang diakibatkan oleh
status sosialnya yang rendah.
Yang dibutuhkan manusia hanya hidup
damai dengan cukup satu pemimpin yang menjadi pusat kebijakan dan diangkat
berdasarkan kesepakatan bersama-sama. Selain pemimpin, semua orang hidup merata
dengan status sosial yang sama, hak dan kewajiban yang sama, kesempatan yang
sama dan peran yang sama. Dengan begitu, tidak akan lagi konflik maupun
pertikaian diantara masyarakat atau kelompok masyarakat.
Disusun oleh:
Nama :
Rosi Apriliani
NIM :
2290150030
Program Studi :
Pendidikan Sosiologi
Semester :
I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar