Senin, 10 Oktober 2016

Paradigma Tauhid



PARADIGMA TAUHID
Inti ajaran agama Islam adalah tauhid : mengesakan Allah dengan menegaskan sifat wahdaniah: tiada sekutu bagi-Nya, dan tiada sesuatu yang semisal dengan-Nya. Tauhid mengajarkan kita tentang kesatuan akidah dengan ikrar yang sama: aku rela Allah Tuhanku, Islam agamaku, Muhammad Nabiku, Al-Qur’an pedomanku, dan Ka’bah kiblatku.
4. Manusia kedudukannya sangat terhormat dibanding makhluk lainnya maka, manusia harus “melihat keatas” hanya kepada Allah. Menyembah hanya kepada Allah, taat dan patuh hanya kepada syariat Allah yang tertulis, yaitu Al-Kitab. Dan kepada alam semesta, manusia harus melihat kebawah. Manusia tidak seharusnya menafsirkan gejala alam secara magis-mitologis yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam lembah kemusyrikan
5. Manusia dilahirkan untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Peran kekhalifahan mengelola bumi demi kemakmuran umat manusia hanya bisa dilakukan oleh orang beriman. Iman yang benar dapat mengantarkan manusia pada paradigma pembangunan yang benar, yakni mengelola sumber daya alam sesuai hukum keseimbangan yang tetapkan Allah Ta’ala, tidak mengeramatkan alam, tetapi juga tidak merusaknya. Sebaliknya, orang musyrik yang mengerematkan alam telah gagal memahami hukum-hukum alam. Pikiran mereka tebelenggu oleh tradisi leluhur, sehingga mereka tidak mampu berpikir kritis, logis dan koheran. Dalam posisi ini mereka melorot lebih rendah dari binatang
6. 6 “Menurut Ibn Taimiyah Ilah (Tuhan) adalah yang dipuja penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan diri dihadapan-nya, takut dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa dan bertawakkal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan diri padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta padanya”
7. 7 Berdasarkan definisi yang tadi dapat dipahami bahwa “tuhan” itu bisa berbentuk apa saja yang dipentingkan oleh manusia, seperti tahta, harta, dan popularitas. Tanpa disadari atau tidak manusia dapat terjerumus “mempertuhankan diri” dalam bentuk sifat ria, egoisme, takut dan bimbang, zhalim, hasad atau dengki. Hal inilah yang terrjadi pada Fir’aun, Qorun, dan Haman. Sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput dari kehancuran itu (QS. Al-’Ankabut (29): 39)
8. 9/27/2015 8
9. 9 VISI KEMAKMURAN TAUHID RUBUBIYAH Tauhid Rububiyah berintikan pada penegasan atas keesaan Allah dalam af’al-Nya, dalam penciptaan dan pemeliharaan semesta. Tauhid Rububiyah merupakan suatu pandangan umum tentang realitas kebenaran, ruang, waktu, dunia dan sejarah. Tauhid Rububiyah mengantarkan manusia pada visi misi kemakmuran berupa keyakinan bahwa Allah Yang Maha Pemurah menciptakan bumi yang bisa menopang segala kebutuhan ciptaan-Nya. Allah juga memilih manusia sebagai mandataris Tuhan (Khalifatullah) di bumi untuk mengisi dan memakmurkan bumi.
10. VISI KEMAKMURAN TAUHID RUBUBIYAH Disisi lain, tauhid Rububiyah juga mengarahkan umat beriman kepada takdir Allah yang berlaku pada alam semesta dan pada alam manusia. Ketetapan Allah telah berlaku kepada setiap manusia. Misalnya, manusia lahir di alam ini dengan tidak diberi hak pilih siapa ayah dan ibunya, dimana tempat kelahirannya, dan seterusnya. Kemudian semua kisah kehidupan pun berakhir. Akhir kehidupan manusia berupa kematian, dan akhir kehidupan semesta berupa kiamat dan kebangkitan kembali di Akhirat untuk pertanggungjawaban.
11. 11 Manusia lahir di alam ini dengan tidak diberi hak pilih siapa ayah dan ibunya, dimana tempat kelahirannya, dan seterusnya. Kemudian semua kisah kehidupan pun berakhir. Akhir kehidupan manusia berupa kematian, dan akhir kehidupan semesta berupa kiamat dan kebangkitan kembali di Akhirat untuk pertanggungjawaban.
12. MISI PEMBEBASAN TAUHID ULUHIYAH Tauhid Uluhiyah berintikan pada penagasan atas keesaan Allah dalam Dzat-Nya, terutama dalam aktivitas ibadah, doa nadzar, korban, berharap (raja’) , takut (khauf), dan tawakkal. Umat Islam senantiasa berusaha menghindarkan diri dari segala bentuk penghambaan kepada selain Allah dengan berikrar.
13. MISI PEMBEBASAN TAUHID ULUHIYAH Tauhid uluhiyah menjadi landasan perlawanan terhadap segala bentuk perbudakan manusia (mustakbirin) terhadap manusia lainnya (mustadh’afin). Semua orang sama kedudukannya di hadapan Allah, sama di depan hukum, wajib berhukum dengan hukum Allah, dan taat dengan kontrak sosial yang disusun dan disepakati bersama. Dari segi spiritual, tauhid uluhiyah membebaskan manusia dari tipudaya setan yang menggoda ke arah syirik. Kita maklumi bahwa kita percaya tentang adanya makhluk spiritual, seperti Malaikat, Jin dan Syaitan.
14. 14 Tauhid Mulkiyah berintikan pada ke-Esaan Allah dalam kekuasaan dan hukumnya. Seorang yang beriman bertekad untuk senantiasa menyelaraskan segala gerak langkah dan keinginannya sesuai dengan kehendak Allah sebagaimana termaktub dalam kitab suci, al- Qur’an. Ia juga berjanji untuk berhukum dengan hukum Allah, sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an. Usaha sungguh-sungguh untuk menegakkan syari’at Allah di muka bumi dalam rangka mewujudkan keadilan sosial dan kemakmuran universal.
15. 15 Kewajiban berhukum sesuai hukum Allah merupakan wujud konkret dari iman kepada kitab Allah. Iman kepada kitab Allah berarti percaya bahwa kitabullah adalah kalam Allah yang diturunkan kepada para Rasulullah yang didalamnya menerangkan perintah dan larangan, janji dan ancaman. Tauhid mulkiyah merupakan landasan pembentukan tatanan sosial (masyarakat) Islam. Dalam tatanan sosial Islam, syari’at Islam harus tetap tegak walaupun tanpa negara. Meskipun disadar bahwa negara diperlukan dalam menegakkan syari’at.
16. 16 Kewajiban zakat tetap berlaku dan harus ditunaikan oleh seorang muslim yang kaya walaupun tidak ada “Negara Islam” dengan perundang-undangan yang mengatur hal tersebut.
17. Kaum muslimin sepakat bahwa Allah Maha Esa, dan tidak ada sesuatupun yang semisal dengan- Nya. Kemudian manusia wajib berakhlak sesuai dengan akhlak Allah sebagaimana tercermin dalam sifat dan nama-namanya yang indah. Asma’ Allah yang indah sebagai bagian dari kepercayaan tauhid merupakan landasan etis umat Islam. Umat Islam harus berhias akhlak dengan akhlak Allah sebagaimana tergambar dalam asma’- Nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar