PARADIGMA TAUHID
Inti ajaran agama Islam adalah
tauhid : mengesakan Allah dengan menegaskan sifat wahdaniah: tiada sekutu
bagi-Nya, dan tiada sesuatu yang semisal dengan-Nya. Tauhid mengajarkan kita
tentang kesatuan akidah dengan ikrar yang sama: aku rela Allah Tuhanku, Islam
agamaku, Muhammad Nabiku, Al-Qur’an pedomanku, dan Ka’bah kiblatku.
4. Manusia kedudukannya sangat
terhormat dibanding makhluk lainnya maka, manusia harus “melihat keatas” hanya
kepada Allah. Menyembah hanya kepada Allah, taat dan patuh hanya kepada syariat
Allah yang tertulis, yaitu Al-Kitab. Dan kepada alam semesta, manusia harus
melihat kebawah. Manusia tidak seharusnya menafsirkan gejala alam secara
magis-mitologis yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam lembah
kemusyrikan
5. Manusia dilahirkan untuk
menjadi khalifah di muka bumi ini. Peran kekhalifahan mengelola bumi demi
kemakmuran umat manusia hanya bisa dilakukan oleh orang beriman. Iman yang
benar dapat mengantarkan manusia pada paradigma pembangunan yang benar, yakni
mengelola sumber daya alam sesuai hukum keseimbangan yang tetapkan Allah
Ta’ala, tidak mengeramatkan alam, tetapi juga tidak merusaknya. Sebaliknya,
orang musyrik yang mengerematkan alam telah gagal memahami hukum-hukum alam.
Pikiran mereka tebelenggu oleh tradisi leluhur, sehingga mereka tidak mampu
berpikir kritis, logis dan koheran. Dalam posisi ini mereka melorot lebih
rendah dari binatang
6. 6 “Menurut Ibn Taimiyah Ilah
(Tuhan) adalah yang dipuja penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan
diri dihadapan-nya, takut dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah
ketika berada dalam kesulitan, berdoa dan bertawakkal kepadanya untuk
kemaslahatan diri, meminta perlindungan diri padanya, dan menimbulkan
ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta padanya”
7. 7 Berdasarkan definisi yang
tadi dapat dipahami bahwa “tuhan” itu bisa berbentuk apa saja yang dipentingkan
oleh manusia, seperti tahta, harta, dan popularitas. Tanpa disadari atau tidak
manusia dapat terjerumus “mempertuhankan diri” dalam bentuk sifat ria, egoisme,
takut dan bimbang, zhalim, hasad atau dengki. Hal inilah yang terrjadi pada
Fir’aun, Qorun, dan Haman. Sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan
(membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka
berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput dari
kehancuran itu (QS. Al-’Ankabut (29): 39)
8. 9/27/2015 8
9. 9 VISI KEMAKMURAN TAUHID
RUBUBIYAH Tauhid Rububiyah berintikan pada penegasan atas keesaan Allah dalam
af’al-Nya, dalam penciptaan dan pemeliharaan semesta. Tauhid Rububiyah
merupakan suatu pandangan umum tentang realitas kebenaran, ruang, waktu, dunia
dan sejarah. Tauhid Rububiyah mengantarkan manusia pada visi misi kemakmuran
berupa keyakinan bahwa Allah Yang Maha Pemurah menciptakan bumi yang bisa
menopang segala kebutuhan ciptaan-Nya. Allah juga memilih manusia sebagai
mandataris Tuhan (Khalifatullah) di bumi untuk mengisi dan memakmurkan bumi.
10. VISI KEMAKMURAN TAUHID
RUBUBIYAH Disisi lain, tauhid Rububiyah juga mengarahkan umat beriman kepada
takdir Allah yang berlaku pada alam semesta dan pada alam manusia. Ketetapan
Allah telah berlaku kepada setiap manusia. Misalnya, manusia lahir di alam ini
dengan tidak diberi hak pilih siapa ayah dan ibunya, dimana tempat
kelahirannya, dan seterusnya. Kemudian semua kisah kehidupan pun berakhir.
Akhir kehidupan manusia berupa kematian, dan akhir kehidupan semesta berupa
kiamat dan kebangkitan kembali di Akhirat untuk pertanggungjawaban.
11. 11 Manusia lahir di alam ini
dengan tidak diberi hak pilih siapa ayah dan ibunya, dimana tempat
kelahirannya, dan seterusnya. Kemudian semua kisah kehidupan pun berakhir.
Akhir kehidupan manusia berupa kematian, dan akhir kehidupan semesta berupa
kiamat dan kebangkitan kembali di Akhirat untuk pertanggungjawaban.
12. MISI PEMBEBASAN TAUHID
ULUHIYAH Tauhid Uluhiyah berintikan pada penagasan atas keesaan Allah dalam
Dzat-Nya, terutama dalam aktivitas ibadah, doa nadzar, korban, berharap (raja’)
, takut (khauf), dan tawakkal. Umat Islam senantiasa berusaha menghindarkan
diri dari segala bentuk penghambaan kepada selain Allah dengan berikrar.
13. MISI PEMBEBASAN TAUHID
ULUHIYAH Tauhid uluhiyah menjadi landasan perlawanan terhadap segala bentuk
perbudakan manusia (mustakbirin) terhadap manusia lainnya (mustadh’afin). Semua
orang sama kedudukannya di hadapan Allah, sama di depan hukum, wajib berhukum
dengan hukum Allah, dan taat dengan kontrak sosial yang disusun dan disepakati
bersama. Dari segi spiritual, tauhid uluhiyah membebaskan manusia dari tipudaya
setan yang menggoda ke arah syirik. Kita maklumi bahwa kita percaya tentang
adanya makhluk spiritual, seperti Malaikat, Jin dan Syaitan.
14. 14 Tauhid Mulkiyah berintikan
pada ke-Esaan Allah dalam kekuasaan dan hukumnya. Seorang yang beriman bertekad
untuk senantiasa menyelaraskan segala gerak langkah dan keinginannya sesuai
dengan kehendak Allah sebagaimana termaktub dalam kitab suci, al- Qur’an. Ia
juga berjanji untuk berhukum dengan hukum Allah, sebagaimana termaktub dalam
al-Qur’an. Usaha sungguh-sungguh untuk menegakkan syari’at Allah di muka bumi
dalam rangka mewujudkan keadilan sosial dan kemakmuran universal.
15. 15 Kewajiban berhukum sesuai
hukum Allah merupakan wujud konkret dari iman kepada kitab Allah. Iman kepada
kitab Allah berarti percaya bahwa kitabullah adalah kalam Allah yang diturunkan
kepada para Rasulullah yang didalamnya menerangkan perintah dan larangan, janji
dan ancaman. Tauhid mulkiyah merupakan landasan pembentukan tatanan sosial
(masyarakat) Islam. Dalam tatanan sosial Islam, syari’at Islam harus tetap
tegak walaupun tanpa negara. Meskipun disadar bahwa negara diperlukan dalam
menegakkan syari’at.
16. 16 Kewajiban zakat tetap
berlaku dan harus ditunaikan oleh seorang muslim yang kaya walaupun tidak ada
“Negara Islam” dengan perundang-undangan yang mengatur hal tersebut.
17. Kaum muslimin sepakat bahwa
Allah Maha Esa, dan tidak ada sesuatupun yang semisal dengan- Nya. Kemudian
manusia wajib berakhlak sesuai dengan akhlak Allah sebagaimana tercermin dalam
sifat dan nama-namanya yang indah. Asma’ Allah yang indah sebagai bagian dari
kepercayaan tauhid merupakan landasan etis umat Islam. Umat Islam harus berhias
akhlak dengan akhlak Allah sebagaimana tergambar dalam asma’- Nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar