Randall Collins
Biografi
• Lahir
pada tahun 1945 di Berlin
• Mulai
menjadi sosiolog sejak muda
• Ayahnya
bekerja untuk intelejen militer pada akhir Perang Dunia II
• Randall
Collins di kirim ke SMU swasta di New England. Di sini mengajarinya realitas
sosiologi besar lainnya; “keadaan stratifikasi sosial”
• Orang
yang paling berpengaruh adalah istri keduanya
Judith McConnell.
Tokoh yang mempengaruhi pemikiran collins: Meski Collins menggunakan pemikiran Marx sebagai
titik tolak, namun pikiran Weber, Durkheim dan terutama etnometodologi lebih
besar pengaruhnya terhadap karyanya.
Pemikiran Collins
• Collins
mendekati konflik dari sudut pandang individu
• Collins
menerangkan konflik melalui stratifikasi sosial
• Stratifikasi
dipahami sebagai operasi lewat struktur yang menindas yang membatasi akses dan
pilihan
3 Prinsip Pendekatan
Konflik
Pertama, Collins yakin bahwa orang hidup dalam dunia
subjektif yang dibangun sendiri.
Kedua, orang lain mempunyai kekuasaan untuk
mempengaruhi atau mengontrol pengalaman subjektif seorang individu.
Ketiga, orang lain sering mencoba mengontrol orang
yang menentang mereka
5 Prinsip Analisis
Konflik
Pertama, teori konflik harus memusatkan perhatian
pada kehidupan nyata ketimbang pada formulasi abstrak.
Kedua, eori konflik stratifikasi harus meneliti
dengan seksama susunan material yang mempengaruhi interaksi.
Ketiga, dalam situasi ketimpangan, kelompok yang
mengendalikansumber daya kemungkinan akan mencoba mengekploitasi kelompok yang
sumber dayanya terbatas.
Keempat, Collins menginginkan teoritisi konflik
melihat fenomena kultral seperti keyakinan dan gagasan dari sudut pandang
kepentingan, sumber daya dan kekuasaan.
Kelima, Collins membuat komitmen tegas untuk
melakukan studi ilmiah tentang stratifikasi dan setiap aspek kehidupan sosial
lainnya.
Proposisi Teori
Konflik
• Pengalaman
memberikan dan menerima perintah adalah faktor yang menentukan pandangan dan
tindakan individu.
• Makin
sering orang memberikan perintah, dia akan makin bangga, makin percaya diri,
makin formal dan makin mengidentifikasikan dirinya dengan cita-cita organisasi
dan dengan mengatasnamakan organisasi dia menjustifiaksi perintahnya itu.
• Makin
sering orang menerima perintah, maka ia makin patuh, makin fatalistis, makin
terasing dari cita-cita organisasi, makin menyesuaikan diri secara eksternal,
makin mencurigai orang lain, makin memikirkan imbalan ekstrinsik, dan amoral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar