Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (BPAS)
Dalam standar
proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya,
sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain,
pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa (BPAS).
Ada beberapa
asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada aktinitas siswa. Pertama, asumsi
filosofis tentang pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan
manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun
kedwasaan moral. Oleh karena itu, proses pendidikan bukan hanya mengembangkan
intelektual saja, tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki anak didik.
Dengan demikian, hakikat pendidikan pada dasarnya adalah:
a.
Interaksi manusia
b.
Pembinaan dan pengembangan potensi manusia
c.
Berlangsung sepanjang hayat
d.
Kesesuaian dengan kemampuan dan tingkat
pengembangan siswa
e.
Keseimbangan antara kebebasan subjek didik dan
kewibawaan guru
f.
Peningkatan kualitas hidup manusia
Kedua, asumsi
tentang siswa sebagai subjek pendidikan, yaitu:
a.
Siswa bukanlah manusia dalam ukuran mini, akan
tetapi manusia yang sedang dalam tahap pembangunan
b.
Setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda
c.
Anak didik pada dasarnya adalah insan yang
aktif, kreatif, dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya
d.
Anak didik memiliki motivasi untuk memenuhi
kebutuhannya
Asumsi tersebut
menggambarkan bahwa anak didik adalah subjek didik yang memiliki potensi dan
proses pembelajaran seharusnya diarahkan untuk mengembangkan seluruh potensi yang
dimiliki anak didik itu.
Ketiga, asusmsi
tentang guru adalah:
a.
Guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil
belajar peserta didik
b.
Guru memiliki kemampuan profesional dalam
mengajar
c.
Guru mempunyai kode etik keguruan
d.
Guru memiliki peran sebagai sumber belajar,
pemimpin (organisator) dalam belajar dan memungkinkan terciptanya kondisi yang
baik bagi siswa dalam belajar
Keempat, asumsi
yang berkaitan dengan proses pengajaran adalah:
a.
Bahwa proses pengajaran direncanakan dan
dilaksanakan sebagai suatu sistem
b.
Peristiwa belajar akan tercipta manakala anak
didik berinteraksi dengan lingkungan yang diatur oleh guru
c.
Proses pengajaran akan lebih aktif apabila
menggunakan metode dan teknik yang tepat dan berdaya guna
d.
Pembelajaran memberi tekanan kepada proses dan
produk secara seimbang
e.
Inti prose pengajaran adalah adanya kegiatan
belajar siswa secara optimal
Dalam pandangan
psikologi modern belajar bukan hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau
informasi, akan tetapi peristiwa mental dan proses berpengalaman. Oleh karena
itu, setiap peristiwa pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual-emosional
siswa melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk mengembangakan
pengetahuan, tindakan, serta pengelaman langsung dalam rangka membentuk
keterampilan (motorik, kognitif, sosial), pengahayatan serta internalisasi
nilai-nilai dalam pembentukan sikap (Raka joni, 1980:2).
Setelah yang
dikemukakan di muka pada Bab IV Pasal 19 Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005
dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini menunjukan bahwa
mengajar yang didesain guru harus berorientasi pada aktivitas siswa.
Sumber: Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar