Filsafat Immanuel Kant (1724-1804)
Filsafat kant dikenal sebagai
filsafat kritis sebagai lawan dari filsafat diagmatis. Sekalipun demikian
seseungguhnya filsafat kritis dan Kant tersebut adalah priode kedua pemikiran
Kant. Seperti yang diungkapakan oleh Bertens, kehidupan Kant sebagai filsuf
dapat dibagi atas dua priode, yakni zaman praktis dan zaman kritis.
Dalam zaman prakritis, Kant
menganut pendirian rasionalistis yang dilancarkan oleh Wolff dan
kawan-kawannya. Akibat pengeruh dari David Hume (1771-1776), berangsur-angsur
Kant meninggalkan rasionalismenya. Ia sendiri mengatakan bahwa Humelah yang
membangunkan dia dari tidur dogmatisnya. Setelah itu, Kant mulai mengubah
pandangan filsafatnya menjadi pandangan yang bersifat kritis.
Hume sendiri dalam filsafat
dikenal sebagai tokoh empirisme, suatu aliran yang bertentangan dengan
rasionalisme. Empirisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan manusia bukan
rasio, melainkan pengalaman (empiris) tepatnya pengalaman yang berasala dari
pengalaman inderawi.
Filsafat Kant merupakan sintetis
dari rasionalisme dan empirisme itu. Teori-teori empirisme Kant menyatakan
bahwa segala pengetahuan berasal dari objek yang baru bermakna apabila ditopang
perang subjek. Sinegritas keduanya melahirkan pemikiran kritisme yang dimulai
dengan perjalanan yang dilakukan dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan
dan batas rasio. Kant adalah filsuf yang pertama mengusahakan penyelidikan ini.
Para filsuf yang tergolong dalam dogmatisme sebelumnya meyakini kemampuan rasio
tanpa penyelidikan terlebih dahulu. Kant menyelidiki unsur-unsur mana dalam
pemikiran manusia yang berasal dari rasio (sudah ada terlebih dahulu tanpa
dibantu oleh pengalaman) dan mana yang murni dari empiris.
Sumber: Aburaera, Sukarno dkk.
2013. Filsafat Hukum: Teori dan Praktek.
Jakarta: Prenada Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar