Konsep dan Tujuan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS)
PBAS dapat dipandang sebagai suatu
pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas yang menekankan
kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa
perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.
Dari konsep tersebut ada dua hal yang
harus dipahami. Pertama, dipandang dari sisi proses pembelajaran, PBAS
menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal, artinya PBAS menghendaki
keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas
intelektual. Oleh karena itu, kadar PBAS tidak hanya bisa dilihat dari
aktifitas fisik saja, akan tetapi juga aktivitas mental dan intelektual.
Seorang siswa yang tampaknya hanya mendengarkan saja, tidak berarti memiliki
kadar BPAS yang rendah dibandingkan dengan seseorang yang sibuk mencatat.
Sebab, mungkin saja yang duduk itu secara mental ia aktif, misalnya menyimak,
menganalisis dalam pikirannya, dan menginternalisasi nilai dari setiap
informasi yang disampaikan. Sebaliknya, siswa yang sibuk mencatat tak bisa
dikatakan memiliki kadar BPAS yang tinggi jika yang bersangkutan hanya sekadar
secara fisik aktif mencatat, tidak diikuti aktivitas mental dan emosi.
Kedua, dipandang dari sisi hasil
belajar, BPAS menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara
kemampuan intelektual (kognitif). Sikap (afektif), dan keterampilan
(psikomotor). Artinya, dalam BPAS pembentukan siswa secara utuh merupakan
tujuan utama dalam proses pembelajaran. BPAS tidak menghendaki pembentukan
siswa yang secara intelektual cerdas tanpa diimbangi oleh sikap dan
keterampilan. Akan tetapi, BPAS bertujuan membentuk siswa yang cerdas sekaligus
siswa yang memiliki sikap positif dan secara motorik terampil, misalnya
kemampuan menggeneralisasi, kemampuan mengamati, kemampuan mencari data,
kemampuan untuk menemukan, menganalisis, mengomunikasikan hasil penemuan, dan
lain sebagainya. Aspek-aspek semacam inilah yang diharapkan dapat dihasilkan
dari pendekatan BPAS.
Dari konsep di atas, maka jelas bahwa
pendekatan BPAS berbeda dengan proses pembelajaran yang selama ini banyak
berlangsung. Selama ini proses pembelajaran banyak diarahkan kepada proses
penghafalan informasi yang disajikan guru. Ukuran keberhasilan pembelajaran
adalah sejauh mana siswa dapat menguasai materi pembelajaran; apakah materi itu
dipahami untuk kebutuhan hidup setiap siswa, apakah siswa dapat menangkap
hubungan materi yang dihafal itu dengan pengembangan kompetensi yang
dimilikinya, bukan tidak menjadi soal, yang penting siswa dapat mengungkapakan
kembali apa yang telah dipelajarinya. Oleh sebab itu, tidak heran kalau proses
pemebelajaran yang selama ini digunakan tidak memperhatikan hakikat mata
pelajaran yang disajikan. Misalnya, untuk pelajaran agama dan PMP yang mestinya
diarahkan untuk mengembangkan sikap dan nilai-nilai kehidupan sebagai bekal
untuk dapat bertindak dan berperilaku di masyarakat sesuai dengan norma-norma
atau sistem nilai yang berlaku, tidak pernah terjadi. Kedua mata pelajaran ini
berfungsi sama dengan mata pelajaran lain, yaitu mengembangkan intelektual
siswa dengan menghafal materi pelajaran. Dari penjelasan di atas, maka BPAS
sebagai salah satu bentuk inovasi dalam memperbaiki kualitas proses belajar
mandiri dan kreatif, sehingga ia dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang dapat menunjang terbentuknya kepribadian yang mandiri. Dengan
kemampuan itu diharapkan lulusan menjadi anggota masyarakat yang sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional yang dicita-citakan. Sedangkan, secara khusus
pendekatan BPAS bertujuan, pertama, meningkatakan kualitas pembelajaran agar
lebih bermakna. Artinya, melalui BPAS siswa tidak hanya dituntut untuk
menguasai sejumlah informasi, tetapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu
untuk kehidupannya. Kedua, mengembanngkan seluruh potensi yang dimilikinya.
Artinya, melalui BPAS diharapkan tidak hanya kemampuan intelektual saja yang
berkembang, tetapi juga seluruh pribadi siswa termasuk sikap danmental.
Dihubungkan dengan tujuan pendidikan
nasional yang ingin dicapai yang bukan hanya membentuk manusia yang cerdas,
akan tetapi juga yang lebih penting adalah membentuk manusia yang bertakwa dan
memiliki keterampilan disamping memiliki sikap budi pekerti yang luhur, maka BPAS
merupakan pendekatan yang sangat cocok untuk dikembangkan. Tinggal sekarang,
bagaimana menerapkan konsep BPAS ini dalam sistem pembelajaran.
Sumber: Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar