Permasalahan Kemiskinan
Masalah kemiskinan hingga saat
ini masih menjadi issu global. Artinya, kemiskinan tidak hanya menjadi masalah
pokok di negara dunia ketiga, tetapi masih menjadi persoalan di negara industri
maju. Hampir disemua negara berkembang, hanya sebagian penduduknya yang dapat
menikmati hasil pembangunan, sisanya mayoritas penduduk hidup miskin.
Kemiskinan merupakan kenyataan
sosial yang tidak dapat dielakan oleh masyarakat. selain dirasakan langsung
oleh orang miskin, kemiskinan juga berakibat buruk bagi kehidupan umat manusia.
Hal ini karena mata rantai kemiskinan adalah timbulnya masalah lain, seperti
pengangguran, kelaparan, kebodohan, dan lainnya. Oleh karena itu, untuk
mengurangi masalah itu, tidak sedikit masyarakat menyelesaikannya dengan cara
yang bertolak dari norma yang berlaku, yaitu dengan cara tindak kriminalitas.
Selain masyarakat desa,
kemiskinan juga melanda masyarakat kota. Kemiskinan pada masyarakat kota lebih
mengarah pada mentalitas individualistis, persaingan yang tidak terpandu, yang
besar kecenderungannya akan menambah jurang pemisah antara kelompok kaya dan
kelompok miskin. Kemudian, muncul konflik yang terjadi akibat dari persaingan
tersebut adalah masyarakat lokal sebab pemilik modal dikuasai oleh pihak asing
yang mencoba merauk keuntungan dari tenaga kerja lokal tersebut, seperti yang
terjadi pada masa kolonialisme sebagai bukti historis.
Kemiskinan merupakan suatu
fenomana persoalan struktural dan multidimensional yang mencakup politik,
sosial, ekonomi, aset dan lain-lain. dalam kehidupan sehari-hari,
dimensi-dimensi kemiskinan muncul dalam berbagai bentuk berikut:
a. Dimensi
politik yang sering muncul dalam bentuk tidak adanya wadah organisasi yang
mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin sehingga mereka
tersingkir dari proses pengambilan keputusan penting yang menyangkut diri
mereka. Mereka juga tidak memiliki akses yang memadai ke berbagai sumber daya
kunci yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan hidup mereka secara layak,
termasuk akses informasi.
b. Dimensi
sosial dalam bentuk tidak terintegrasikannya warga miskin kedalam institusi
sosial yang ada, serta terinternalisasikannya budaya kemiskinan yang merusak
kualitas manusia serta etos kerja mereka.
c. Dimensi
lingkungan yang sering muncul dalam bentuk sikap, perilaku, dan cara pandang
yang tidak berorientasi pada pembangunan berkelanjutan sehingga cenderung
memutuskan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang kurang menjaga kelestarian
dan perlindungan lingkungan serta pemukiman.
d. Dimensi
ekonomi yang muncul dalam bentuk rendahnya penghasilan sehingga merekan tidak
mampu memenuhi kebutuan hidupnya sampai batas yang layak.
e. Dimensi
aset ini ditandai dengan rendahnya penghasilan masyarakat miskin ke berbagai
hal yang mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk aset sumber daya manusia
(human capital). Peralatan kerja, modal dana, perumahan dan pemukiman san
sebagainya.
dari dimensi-dimensi diatas,
kemungkinan dapat digolongkan kedalam dua kategori yaitu:
a. Kemiskinan
alamiah, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh kualitas dan kuantitas sumber
daya alam dan sumber daya manusia.
b. Kemiskinan
struktural atau buatan, yaitu kemiskinan yang secara langsung atau secara tidak
langsung disebabkan oleh tatanan kelembagaan yang memihak pada kepentingan
pribadi atau golongan tertentu yang menyudutkan pihak lain.
Orientasi berbagai program
penanggulangan kemiskinan hanya menitikberatkan pada salah sau dimensi dari
gejala kemiskinan ini, pada dasarnya mencerminkan pendekatan program yang
parsial, sektoral dan tidak menyentuh akar penyebab kemiskinan. Akibatnya
program-program tersebut tidak mampu menumbuhkan kemandirian masyarakat serta
mewujudkan aspek berkelanjutan dari program-program penanggulangan kemiskinan.
Sumber:
Adon
Nasrullah Jamaludin.2015. soiologi
Perkotaan. Bandung: Pustaka Setia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar