Kurikulum Ideal dan Kurikulum Aktual
Sebagai
suatu rencana atau program tertulis, kurikulum merupakan pedoman bagi guru
dalam melaksanakan kegiatan belajar menagajar di sekolah. Oleh sebab itu,
setiap guru seharusnya melaksanakan kegiatan sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Inilah yang dinamakan kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang diharapkan dapat
dilaksanakan dan berfungsi sebagai acuan dan pedoman guru dalam proses belajar
dan mengajar. Oleh karena kurikulum ideal merupakan pedoman bagi guru, maka kurikulum
ini juga dinamakan kurikulum formal atau kurikulum tertulis (writen curiculum).
Contoh dari kurikulum ini adalah kurikulum sebagai suatu dokumen seperti
kurikulum SMU 1989, kurikulum SD 1975 yang berlaku pada tahun itu, dan lain
sebagainya.
Sebagai sebuah
pedoman, kurikulum ideal memegang peran yang sangat penting dalam merancang
pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru dan siswa. Sebab, melalui
pedoman tersebut guru minimal dapat menentukan hal-hal sebagai berikut:
1. Merumuskan
tujuan dan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa. Dapat kita bayangkan
tanpa tujuan yang jelas sebagai rambu-rambu, maka guru akan kesulitan
menentukan dan merencanakan program pembelajaran.
2. Menentukan
isi atau materi pelajaran yang harus dikuasai untuk mencapai tujuan atau
penguasaan kompetensi.
3. Menyususn
strategi pembelajaran untuk guru dan siswa sebagai upaya pencapaian tujuan.
4. Menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan atau kompetensi.
Memerhatikan
begitu pentingnya keberadaan kurikulum ideal, maka setiap guru dituntut untuk
memahami dengan benar kurikulum ideal, baukan hanya tentang tujuan yang harus
dicapai akan tetapi berbagai hal yang berhubungan dengan upaya pencapaian
tujuan itu sendiri.
Apakah
setiap kurikulum ideal dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh guru? Tentunya tidak.
Setiap sekolah tidak mungkin dapat melaksanakannya dengan sempurna, karena
berbagai alasan. Pertama, bisa atau tidaknya kurikulum ideal diterapkan oleh
guru, dapat ditentukan oleh kelengkapan sarana dan prasarana yang tersedia di
sekolah. Misalkan dalam krikulum ditetapkan agar anak memilih kompetensi dalam
mengamati micro organisme, maka setiap anak dapat menggunakan microscop. Kalau
kurikulum itu diterima sekolah yang telah memiliki peralatan semacam itu, maka
tentu saja guru dapat melaksanakannya sesuai dengan tuntutan kurikulum; tetapi
seandainya kurikulum itu harus dijadikan pedoman bagi sekolah-sekolah yang
tidak memiliki peralatan semacam itu, tentu kurikulum ideal semacam itu tidak
mungkin dapat dilakukan.
Kedua, bisa
atau tidaknya kurikulum ideal dilaksanakan, akan ditentukan oleh kemampuan
guru. Misalnya, kurikulum ideal menuntut agar anak dapat menggunakan komputer
untuk belajar, dan sekolah memiliki peralatan komputer dengan lengkap, nah
tentu saja peralatan yang lengkap itu tidak mungkin dapat dimanfaatkan sesuai
dengan tuntutan kurikulum, manakala guru tidak menguasainya dengan optimal.
Jadi, dengan demikian sarana yang lengkap belum menjamin kurikulum ideal dapat
dilaksanakan manakala tidak didukung oleh kemampuan guru.
Ketiga,
bisa tidaknya kurikulum dilaksanakan oleh setiap guru, juga terganung pada
kebijakan setiap sekolah yang bersangkutan. Misalnya, di sekolah tersedia
sarana belajar yang lengkap sesuai dengan tuntutan kurikulum, demikian juga
halnya dengan kemampuan guru, tetapi dengan alasan bahwa sarana atau alat
tersebut merupakan alat yang mahal dan langka misalnya, maka kepala sekolah
mengambil kebijakan alat tersebut tidak boleh digunakan, maka tidak mungkin
kurikulum dapat dilaksanakan dengan optimal. Nah, dengan demikian kebijakan
sekolah juga dapat menentukan bisa atau tidaknya kurikulum ideal dilaksanakan
oleh guru.
Ketiga hal
tersebut, merupakan faktor yang dapat atau tidaknya kurikulum dilaksanakan oleh
setiap guru. Oleh karena berbagai keterbatasan itu, maka guru hanya mungkin
dapat menerapkan kurikulum sesuai dengan kondisi yang ada. Inilah yang kemudian
dinamakan actual ciruculum atau kurikulum nyata, yakni kurikulum yang secara
riil dapat dilaksanakan oleh guru sesuai dengan keadaan dan kondisi yang ada.
Oleh karena
kurikulum ideal merupakan pedoman bagi setiap guru khususnya tentang tujuan dan
kompetensi yang harus dicapai; sedangkan kurikulum adalah kurikulum yang nyata
yang dapat dilaksanakan oleh guru sesuai dengan kondisi yang ada, dengan
demikian dapat dipastikan bahwa semakin jauh jarak anatar kurikulum ideal
dengan kurikulum aktual, artinya apa yang dikerjakan guru tidak sesuai atau
jauh dari rambu-rambunkurikulum ideal maka akan semakin rendah kualitas
sekolah. Sebaliknya, semakin dekat jarak antara kurikulum ideal dengan
kurikulum aktual. Artinya apa yang dilakukan guru dan siswa sesuai dengan rambu-rambu
bahkan melebihi kurikulum ideal sebagai pedoman, maka akan semakin bagus
kualitas suatu sekolah atau kualitas pross belajar mengajar.
Misalnya
dalam kurikulum ideal diterapkan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam
berkomunikasi bahasa Inggris, maka sebaiknya siswa menggunakan laboratorium
bahasa. Di sekolah yang memiliki sarana yang lengkap dan kreativitas gurunya
bagus, ketika anak belajar bahasa Inggris, bukan hanya menggunakan laboratorium
bahasa akan tetapi juga menggunakan native speaker, apa yang akan terjadi?
Tentu saja hasil belajar siswa akan lebih baik. sebaliknya, manakala kurikulum
itu jauh di sekolah yang tidak memiliki fasilitas seperti laboratorium bahasa,
kemudian gurunya tidak kreatif, sehingga pembelajaran akan dilaksanakan
seadanya, maka jelas hasil belajar siswa tidak akan optimal. Itulah sebabnya
jarak antara kurikulum ideal tidak boleh terlalu jauh dengan kurikulum aktual.
Sumber:
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Berikan contoh
BalasHapusBerikan contoh-contoh
BalasHapusBerikan contoh-contoh
BalasHapusBerikan contoh
BalasHapus