Kurikulum Tersembunyi (Hidden
Curriculum)
Dalam
bukunya The Hidden Curriculum an Overview: Curriculum Perspectives, Seddon
(1983) mengungkapkan: ...The hidden
curriculum refers to outcomes of education and/or the processes leading to
thoses outcomes, witch are not explicity intended by educators. These outcomes
are generally not explicity intended because they are not stated by teacher in
their oral or weitten list of objective, nor are they included in educational
statements of intent such as syllabuses, school policy documents or curriculum
project. Kurikulum tersembunyi pada dasarnya adalah hasil dari suatu proses
pendidikan yang tidak direncanakan. Artinya, perilaku yang muncul di luar
tujuan yang dideskripsikan oleh guru.
Kurikulum
pada dasarnya berisi ide atau gagasan. Ide atau gagasan itu selanjutnya
dituangkan dalam bentuk dokumen atau tulisan secara sistematis dan logis yang
memerhatian unsur scope dan squence, selanjutnya dokumentasi tertulis itulah
yang dinamakan dengan kurikulum yang terencana (curriculum document or writen curriculum). Salah satu isis yang
harus dicapai oleh peserta didik. Tujuan itulah yang selanjutnya dijadikan
pedoman oleh guru dalam proses pembelajaran sebagai tahap implementasi
kurikulum. Pada kenyataannya hasil dari proses pembelajaran itu selain sesuai
dengan tujuan perilaku yang dirumuskan, juga ada perilaku sebagai hasil belajar
di luar tujuan yang dirumuskan. Inilah hakikat dari kurikulum tersembunyi,
yakni efek yang muncul sebagai hail belajar yang sama sekali di luar tujuan
yang dideskripsikan.
Kemudian
faktor apa saja yang dapat memepengaruhi hasil yang tidak direncanakan itu? Ada
dua aspek yang dapat mempengaruhi perilaku sebagai hidden curriculum itu, yaitu
aspek yang relatif tetap dan aspek yang dapat berubah. Yang dimaksud dengan
aspek relatif tetap adalah ideologi, keyakinan, nilai budaya masyarakat yang
memengaruhi sekolah termasuk di dalamnya menentukan budaya apa yang patut atau
tidak patut diwariskan kepada generasi bangsa. Aspek yang dapat berubah meliputi
variabel organisasi sistem sosial dan kebudayaan. Variabel budaya meliputi
bagaimana guru mengelola kelas, bagaimana pelajaran diberikan, bagaimana
kenaikan kelas dilakukan. Sistem sosial meliputi bagaimana pola hubungan sosial
antara guru, guru dengan peserta didik, guru dengan staf sekolah, dan lain
sebagainya.
Menurut
Bellack dan Kiebard, hidden curriculum
memiliki tiga dimensi yaitu:
1. hidden curriculum dapat menunjukan suatu
hubungan sekolah, yang meliputi interaksi guru, pesrta didik, struktur kelas,
keseluruhan pola organisasional peserta didik sebagai mikroskomos sistem nilai
sosial.
2. hidden curriculum dapat menjelaskan sejumlah
proses pelaksanaan di dalam atau di luar sekolah yang meliputi hal-hal yang
memiliki nilai tambah, sosialisasi, pemeliharaan struktur kelas.
3. hidden curriculum mencakup perbedaan tingkat
kesenjangan (internasionalitas) seperti halnya yang dihayati oleh para
peneliti, tigkat yang berhubungan dengan hasil yang bersifat insidental. Bahkan
itu kadang-kadang tidak diharapkan dari penyusunan kurikulum dalam kaitannya
dengan fungsi sosial pendidikan.
Dalam
dimensi pelaksanaan implementasi kurikulum di dalam kelas atau pengembangan
kurikulum dalam skala mikro, kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) memiliki maksna: pertama, kurikulum tersembunyi
dapat dipandang sebagai tujuan yang tidak tertulis (tersembunyi), akan tetapi
pencapaiannya perlu dipertimbangkan oleh setiap guru agar kualitas pembelajaran
lebih bemakna. Sebagai contoh, ketika guru hendak mengajar tujuan tertentu
melalui metode diskusi, sebenarnya ada tujuan lain yang harus dicapai selain
tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi pembelajaran, misalnya
kemampuan siswa untuk mengeluarkan pemdapat atau gagasan melalui bahasa yang
benar; atau sikap siswa untuk mau mendengarkan dan mengahargai pendapat orang
lain; kemampuan menyimak dan menentukan permasalahan dan lain sebagainya; atau
ketika guru menentukan tujuan agar siswa dapat menuliskan sesuatu, maka
sesungguhnya ada tujuan lain yang ingin dicapai yaitu menilai kerapian tulisan
siswa, ketepatan menuliskan lambang-lambang tulisan, kemampuan siswa
mengeluarkan gagasan melalui bahasa tulisan. Dan lain sebagainya. Oleh karena
itu, dalam konteks ini semakin kaya guru menentukan kurikulum tersembunyi, maka
akan semakin bagus juga kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Kedua,
kurikulum tersembunyi juga dapat diarikan sebagai segala sesuatu yang terjadi
tanpa direncanakan terlebih dahulu yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Misalkan, ketika guru akan mengajarkan tentang
serangga (binatang insekta), tiba-tiba lewat jendela kelas muncul seekor
kupu-kupu masuk ke dalam kelas, nah, kemunculan kupu-kupu yang tidak
direncanakan itu merupakan hidden
curriculum yang dapat dijadikan awal pembahasan materi pembelajaran. Dengan
demikian semakin kaya guru dengan hidden
curriculum, maka akan semakin aktual proses pembelajaran.
Sumber:
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar